Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Evaluasi observasi dan hasil observasi

Evaluasi kegiatan observasi dan hasil observasi
Kelompok 6
 
Cynthia Christian (13-078)
Abdul Hakim (13-024) 
Novi Reza (13-006) 
Ummul Khairiah (13-090) 
Andrie Syahreza (13-096)   
 
Evaluasi persiapan, berlangsungnya observasi dan evaluasi
Evaluasi persiapan observasi
Persiapan observasi dimulai pada tanggal 28 Maret 2014. Cynthia dan Novi, sebagai perwakilan kelompok, mendatangi sekolah yang akan diobservasi yaitu SMP Advent 2 Medan. Setibanya di sekolah tersebut, keduanya disambut hangat oleh pihak sekolah. Untuk mendapat izin observasi sekolah, keduanya dipersilahkan untuk menemui kepala sekolah dan meminta izin langsung dari kepala sekolah. Pihak sekolah memberi izin observasi dan tidak mensyaratkan surat izin dari pihak fakultas. Setelah di sepakati oleh perwakilan kelompok dan pihak sekolah, dipilihlah tanggal 2 April 2014 pukul 10.30 untuk kelompok kami mengobservasi sekolah tersebut.
Setelah mendapat izin, persiapan selanjutnya untuk observasi yang kelompok kami lakukan adalah penugasan untuk membaca materi mengenai teori belajar dan perkembangan oleh ketua kelompok kepada seluruh tim dari kelompok 6 yang akan menjadi observer keesokan harinya. (Tugas untuk mempelajari materi di berikan pada tanggal 1 April 2014)
Selain persiapan diri oleh masing-masing anggota kelompok, pada tanggal 2 April 2014 sebelum berangkat kami melakukan pembagian tugas. Dimana berdasarkan kesepakatan tugas masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
Nama
Tugas
Cynthia Christian
Mengamati interaksi guru dengan murid,  cara berbicara, sorot mata, dan body language murid.
Ummul Khairiah
Mengamati tata letak ruangan, alat-alat belajar, prabot, dan barang-barang yang ada di kelas.
Novi Reza
Mengambil dokumentasi dalam kelas, berupa foto ruangan beserta seluruh peralatannya dan proses belajar mengajar dalam kelas.
Andrie Syahreza
Mengamati kantin,  perpustakaan, serta  mengambil dokumentasi proses belajar mengajar dari luar kelas.
Abdul Hakim
Mengobservasi halaman sekolah dan taman bermain, serta merekam proses belajar mengajar dari luar kelas.
Setelah sampai di sekolah, persiapan selanjutnya yang kami lakukan adalah menemui pihak sekolah (secara khusus kepala sekolah) untuk menyatakan bahwa kami siap untuk melakukan observasi. Pada saat itu kelompok kami di perkenalkan dengan guru mata pelajaran yang akan mengajar dikelas yang akan kami observasi. Guru tersebut bernama Rahmadani F. Pasaribu, S.Pd.
Setelah melapor bahwa kami telah siap untuk melakukan observasi, kelompok kami melakukan briefing yang dipimpin oleh ketua kelompok. Di dalam briefing, ketua kelompok mengulang lagi pembagian tugas yang telah disepakati dan memastikan bahwa tidak ada barang yang kurang. Yang kami persiapkan pada saat itu adalah 2 buku dan pulpen untuk mencatat, 3 kamera, dan 2 kotak pensil(hadiah untuk para siswa/i dari kelas yang kami observasi).
Evaluasi berlangsungnya observasi
Observasi di kelas berlangsung dengan sangat lancar. Hanya suasana ruangan sangat pengap karena observasi dilakukan disiang hari dengan hanya ada 1 kipas angin di dalam kelas. Namun, ini tidak mengurangi anstusiasme kelompok kami untuk melakukan observasi di sekolah ini. Salah satu alasannya adalah karena respon guru mata pelajaran dan murid kepada kelompok kami sangat baik. Guru yang mengajar pada saat itu yang sekaligus adalah narasumber utama kami, bu Rahmadani F. Pasaribu, S.Pd, sangat terbuka untuk memberikan informasi kepada kami. Setelah melakukan observasi di dalam kelas, bu Rahmadani member kami waktu sekitar 15 menit untuk melakukan tanya jawab dengannya. Waktu ini di manfaatkan dengan baik oleh kelompok kami untuk mengajukan beberapa pertanyaan mengenai profil sekolah yang tidak dapat kami observasi dengan kasat mata. Contohnya seperti apa saja ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut? Karena itu yayasan perguruan Kristen, apakah ada nilai-nilai agama yang secara khusus ditanamkan oleh pihak sekolah? Bagaimana perlakuan sekolah terhadap anak yang memenangkan lomba dan yang melakukan kesalahan?
Proses evaluasi
Evaluasi terhadap hasil observasi langsung kami lakukan di hari yang sama setelah selesai observasi di sekolah tersebut. Evaluasi kami lakukan di kampus. Masing-masing memberikan hasil kerjanya. Ada yang berupa tulisan, gambar, dan foto.
Evaluasi kinerja kelompok dan hasil observasi dengan teori belajar
Evaluasi kinerja kelompok dengan teori belajar
Berdasarkan teori, dalam melakukan perencanaan, kelompok kami menggunakan kerangka waktu. Dimana kami menyusun rencana waktu yang sistematis untuk apa yang perlu dilakukan dan kapan melakukannya. Kami menggunakan kerangka waktu hampir sama seperti yang di contohkan oleh Douglass, yaitu dengan membuat kerangka apa yang perlu dilakukan dan waktu melakukannya.
Selain menyusun perencanaan, salah satu tugas kami adalah untuk meminta izin kepada pihak sekolah. Dalam meminta izin ini, kami menggunakan keterampilan berbicara clarity. Kami mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah kami harus menjelaskan dengan jelas apa tujuan kami datang ke sekolah tersebut serta apa tujuan observasi ini. Dalam proses meminta izin, kepala sekolah yang adalah perawakilan sekolah kerap kali mengajukan beberapa pertanyaan. Disinilah kami harus menggunakan keterampilan berbicara dengan baik.
Analisis hasil observasi dengan teori
·         Analisis setting ruangan dengan teori
Gaya penataan yang digunakan di kelas yang kami observasi adalah gaya seminar dimana murid duduk di susunan berbentuk U. Salah satu keuntungan gaya penataan seperti ini adalah mempermudah murid untuk diskusi kelompok. U terdiri dari 3 sisi. Setiap sisinya di duduki oleh kelompok yang berbeda, sehingga murid menjadi lebih gampang untuk saling berdiskusi.
·         Analisis hasil observasi di sekolah(kelas) dengan teori
Berkaitan dengan pendekatan dalam Psikologi, sekolah yang kami observasi menggunakan pendekatan learning, yaitu behavior, khususnya classical dan operant conditioning.
1. Classical Conditioning
Penerapannya :
Belajar di siang hari (UCS), dimana awalnya kelas masih tidak terlalu panas, murid masih memperhatikan guru yang sedang menjelaskan (UCR). Namun lama kelamaan kelas menjadi semakin panas. Dengan bermodalkan 1 kipas angin (CS) dengan jumlah murid sekitar 30an. Kelas menjadi sangat panas . Murid pun jadi kehilangan fokus. Mereka yang tadinya duduk dengan tegap mulai menyandar ke bangku atau duduk bertopang dagu (CR). Ini membuktikan bahwa kenyamanan ruang kelas(CS) menentukan bagaimana tingkat konsentrasi murid (CR).
2. Operant conditioning
Ada 2 jenis reinforcement yang digunakan, yaitu :                           
a. Reinforcement positif
Yaitu dengan memberi penguatan positif setiap kali murid melakukan hal yang positif untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya hal tersebut dimasa yang akan datang.
Penerapan di sekolah :
Pihak sekolah memberi hadiah kepada murid yang menang dalam suatu perlombaan (membawa nama sekolah).
Selain itu, dari yang kami amati di kelas penerapannya seperti ini :
Seorang anak menjawab pertanyaan yang dari guru. Guru tersebut merespon dengan mengatakan “Wah, bagus sekali. Jawabanmu hampir tepat.” Ini menjadi motivasi untuk murid lainnya. Terbukti dengan setelah itu murid menjadi lebih aktif menjawab setiap kali guru bertanya. Karena mereka belajar bahwa walaupun jawabannya belum tentu benar, tapi mereka akan mendapat apresiasi berupa pujian dari sang guru asal mereka berusaha menjawab.
b. Reinforcement Negative
Penarikan sesuatu yang tujuannya adalah untuk memperbaiki perilaku.
Contoh penerapannya yang kami amati :
Murid bermain sepak bola, lalu mengenai pot bunga. Setelah itu Kepala Sekolah mengambil bola tersebut dan menyimpannya.
Analisis perilaku terapan
Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip operant conditioning untuk mengubah perilaku, yaitu dengan meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak di harapkan. Dalam meningkatkan perilaku yang diinginkan terdapat prompt dan shaping. Namun yang kami peroleh dari observasi sekolah kali ini hanyalah prompt. Karen shaping hanya deterapkan jika penguatan positif dan prompt gagal.
Prompt
Stimulus tambahan yang diberikan sebelum terjadi suatu respon. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan respon itu akan terjadi.
Dari hasil observasi, kami melihat ini terjadi dalam kelas yang kami amati, yaitu : Guru mengajukan pertanyaan. Tidak ada yang bisa menjawab. Lalu guru memberikan clue, seperti menyebutkan kata kunci dari jawabannya. Setelah itu murid mulai mengetahui jawabannya. Kemudian guru mengulang kembali pertanyaannya, dan murid sudah  bisa menjawabnya dengan benar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HASIL WAWANCARA

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

OLEH:

ABDUL HAKIM RAMADHANI
121301024






FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN

                Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, berbeda juga dengan gayanya cara pengajaran seorang guru. Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Seorang guru dalam sekolah memiliki peran yang sangat penting dimana guru harus bisa memberikan toleransi atas perbedaan-perbedaan yang mereka berikan pada saat proses pembelajaran yang mereka lakukan. Tujuan guru dalam melakukan proses pembelajaran disuatu sekolah untuk mentrasformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa, tetapi tidak identik dengan tujuan dalam diri siswa sendiri. Kemampuan guru harus didorong dengan pengalaman dalam proses pembelajaran yang dimana seorang guru harus dapat memberikan kontribusinya dalam proses pembelajaran disuatu sekolah. Pengajaran seorang guru terhadap siswa  harus mengetahui apa yang harus dia sampaikan kepada siswanya dengan pengetahuan yang sudah dia ketahui atau informasi yang akan dia berikan kepada siswanya, seorang guru juga harus mampu membuat siswanya nyaman dan bisa mengikuti proses belajar mengajar yang akan diterapkan seorang guru didalam kelas. Dalam proses pembelajaran siswa harus dapan mencerna pemahaman yang akan diberikan guru didepan kelas seperti cara guru itu mengajar dan cara dia menyampaikan bahan pembelajaran yang dia berikan didepan kelas.
 

BAB II
HASIL WAWANCARA
         
             Disini saya telah mewawancarai seorang guru yang bukan lain adalah ayah saya sendiri yang bernama MH S.pd dimana wawancara yang saya lakukan dengan ayah saya ini mengenai pengalamannya dalam mengajar disekolah. Hasil wawancara yang saya lakukan dimana ayah saya mengatakan Pendidikan merupakan wadah/tempat pembentukan karakter dan wawasan luas bagi peserta didik.Keberhasilan bangsa itu ditentukan oleh tingkat pendidikan warganya.Kita dapat melihat bahwa katanya dulu banyak guru-guru dari Indonesia ini  yang mengajar ke Malaysia,tapi sekarang Malaysia lebih maju dalam berbagai segi dibandingkan Indonesia termasuk dalam bidang pendidikan. Dan dimana sewaktu disekolah ayah saya selalu memotivasi dirinya dengan Motivasi yang mendasarinya seperti yang saya  jelaskan diatas karna keberhasilan pendidikan di Malaysia maka negaranya semakin maju ,demikian juga kalau kita lihat kepada sebuah keluarga dimana anggota keluarga yang banyak mengenyam pendidikan akan lebih maju dibandingkan dengan keluarga yang sedikit mengenyam pendidikan,karena guru berperan langsung dalam keberhasilan pendidikan secara menyeluruh. Dari sudut pandang seorang guru ayah saya memberikan sudut pandangnya sebagai guru dengan anak didiknya dimana ayah saya melihat peserta didiknya memiliki pola pikir yg berbeda sehingga guru harus menggunakan model dan metode mengajar yang berbeda-beda pula agar dapat dipahami atau diterima oleh peserta didik. maka guru dibebani tanggung jawab terhadap peroses pendewasaan peserta didik,baik kecerdasan intlektual maupun pembentukan karakter peserta didik itu sendiri.selain itu karena guru ingin berbagi ilmu penegetahuan yg dimilikinya kpd peserta didik,selain mencerdaskan generasi bangsa ( peserta didik) menjadi lebih baik,penanaman nilai moral sangat penting untuk menciptakan generasi muda yang memiliki karakter yang diharapkan untuk masa depan bangsa ini. Sesudah saya bertanya tentang pandangan guru terhadap pendidikan,motivasi,dan sudut pandangnya saya kembali bertanya apa filosofi dalam mengajar yang ayah saya lakukan selama menjadi guru,  Dimana ayang saya bilang Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tak berilmu.Ilmu yang dibagikan tidak akan pernah berkurang. Berbeda dengan harta yang setiap kali kita ambil dan berikan kepada orang lain, secara lahiriah akan berkurang. berbagi ilmu adalah investasi masa depan: investasi akhirat. Bukankah, menurut ajaran agama, salah satu amal yang terus mengalirkan pahala ketika pelakunya sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat yang diajarkan. Ilmu yang bermanfaat akan terus mempunyai dampak kepada pribadi yang mempunyai ilmu dan lingkungan sekitarnya. Dampak positif inilah yang  membuat berbagi ilmu adalah sebuah amal jariyah, amal yang mengalir pahalanya. Dan selanjutnya saya bertanya kembali kepada ayah saya dan ini pertanyaan terakhir saya kepada ayah saya bagaimana ayah saya dapat mendekatkan dirinya kepada peserta didiknya dalam mengajar, Agar Guru berhasil dalam proses pembelajaran sebaiknya guru dapat memilih berbagai model pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan ,antara lain menggunakan  model belajar Jigsaw,Bruner,Realistik dll .Peserta didik harus aktif ,dan diharapkan materi pelajaran yang diberikan dapat diamati,dapat dibaca,dapat dirasakan dan dapat diperaktekkan,sebagai contoh dalam materi pelajaran Permainan Bola Volli.Peserta didik lebih baik langsung dibawa ke lapangan bola volli dibandingkan dengan bertiori didalam kelas.Karena Guru dan siswa dapat berintraksi langsung dalam proses pembelajaran.


  
BAB III
PEMBAHASAN
         
          Pembahasan yang saya lakukan dimana seorang guru memberikan proses belajar mengajar kepada siswanya didalam sekolah, dimana didalam sekolah seorang guru harus bisa memotivasi anak didiknya disekolah untuk rajin belajar dan berkreasi dalam apa yang mampu dia lakukan atau yang dia kuasai seperti dalam hal ekstrakulikulernya disekolah. Didalam pengajaran pedagogi dimana seorang guru adalah sumber dari semua pembelajaran yang akan dia berikan kepada anak didiknya. Didalam pedagogi tradisional modern disini seorang guru dibilang seorang pemimpin yang memimpin para anak-anak yang dia didik. Dan seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran disekolah harus sesuai dengan kurikulum pengajaran yang ada didalam sekolah tersebut.


BAB IV
KESIMPULAN

          Seorang guru adalah orang yang sangat luar biasa dimana didalam memberikan informasi yang dia ketahui dia tidak akan pernah meminta sepeserpun kepada anak didiknya tentang informasi yang dia dapat atau lebih simpelnya pembelajaran yang dia lakukan didalam kelas dan memberikan informasi kepada anak didiknya tentang pembelajaran yang mereka lakukan. Seorang guru juga dengan sabar akan menuntun anak didiknya untuk menjadi orang yang pintar dan menjadi orang dikemudian hari walaupun jasa-jasa seorang guru tidak dapat dibayar dengan uang. Seperti halnya yang saya dapatkan disekolah dulu, guru dengan sabar memberikan arahan setiap hari kepada saya dan teman-teman saya untuk belajar dan melakukan hal-hal yang baik seperti jangan bermain didalam kelas dan mengganggu teman sewaktu belajar dan guru juga selalu memotivasi anak muridnya dengan cara guru itu masing-masing. Karena semua guru memiliki caranya masing-masing dalam mengajar


BAB V
SARAN

        Saran saya disini kita harus selalu menghargai apa yang telah guru berikan kepada kita sewaktu kita masih di sekolah, mereka dengan sabar mengajari kita dalam hal belajar maupun dalam hal ekstrakulikuler. Semoga guru-guru diindonesia semakin baik dan semakin berkreasi dengan cara mereka mengajar kepada anak didiknya biar anak didik yang mereka didik menjadi orang yang akan membanggakan orang tua mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEDAGOGI


KELOMPOK 2

Byuti Ridha Andini    121301001
Khirzun Nufus           121301031
Abdul Hakim             121301024
Dewi Suci Armadani  121301053

RANCANGAN PEMBELAJARAN
1.      LATAR BELAKANG
a.       Komunitas
-          Jumlah anak                                  : 15-20 orang
-          Latar belakang pendidikan           : TK-B NAMIRA
b.      Kebutuhan Anak                                 :
Menurut Sujiono, anak-anak usia 4-6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti, sehingga banyak hal yang layak untuk diberikan pada usia tersebut.
Kemampuan Motorik :
·         Mampu berlari, meloncat, memanjat, dan keseimbangan untuk menguatkan kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik.
·         Peningkatan kemampuan kontrol atau jari tangan seperti mengambil benda-benda kecil, memotong garis dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik kecil
Kemampuan perseptual kognitif :      
·         Menunjukkan minat dalam rasa dan perbedaan aktivitas sensori motor (warna, ukuran atau bentuk, suara, rasa bau, berat)
·         Menunjukkan peningkatan minat dalam angka-angka sedrhana dan kegiatan kebahasaan (menyebutkan nama huruf / suara, menjiplak huruf , melakukan kegiatan-kegiatan dengan buku).
·         Melakukan kegiatan yang lebih bertujuan dan mampu merencanakan suatu kegiatan secara aktif
·         Turut serta dalam pertunjukan seni yang membutuhkan aksi panggung
·         Menunjukkan minat terhadap alam, pengetahuan, binatang, waktu, dan bagaimana benda bekerja

Kemampuan bahasa dan sosial
·         Menunjukkan peningkatan minat dan permainan berpura-pura didalam kelompok
·         Menunjukkan minat menulis dan membaca kata-kata atau kalimat
·         Menunjukkan minat yang tinggi dalam bermain peran (menciptakan kembali pekerjaan orang dewasa, menggunakan kostum dan alat-alat pentas)
·         Mulai berbagi dan bergiliran-konsep belajar bermain secara adil dan sportif
c.       Waktu
-          Jumlah Pertemuan            : 2 kali dalam seminggu yaitu hari kamis dan sabtu
-          Waktu setiap pertemuan   : 1 jam
d.      Setting Tempat
-          Lokasi                         : In door
-          Fasilitas yang digunakan         :
ü  Ruangan kelas
ü  Laptop
ü  Meja dan kursi
ü  Alat perekam
-          Lay out ruang              : Yang sudah disediakan

2.      KONSEP RANCANGAN PEMBELAJARAN
a.       Pertemuan I
·         Tema        : Hewan
·         Tujuan Pembelajaran
TIU  : Mengenal hewan-hewan dengan metode yang menyenangkan
TIK :  Dapat menggunting kertas sesuai bentuk yang ada dalam gambar, mengetahui nama hewan dan mampu menirukan suara beserta gerakannya dan menyanyikan sebuah lagu sambil menirukan bunyi hewan


Pembagian Sekuen Pembelajaran :
a)      Perkenalan (10 menit) Kegiatan diawali dengan salam pembuka dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan perkenalan dari kelompok dan pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang anak

b)      Inti (45 menit)
Alokasi waktu
Tujuan
Metode
Pembelajaran
Langkah Kegiatan  Pembelajaran
Alat/Sumber
Belajar
Penilaian Perkembangan
Anak
Selama 15 menit
Menggunting gambar dan menulis
Pemberian tugas
Pertama-tama instruktur membagi kertas yang berisi gambar salah satu hewan. Lalu anak diarahkan untuk mengunting gambar mengikuti garis putus yang ada pada gambar hingga membentuk satu gambar hewan. Kemudian anak diarahkan untuk menulis mengikuti titik-titik yang telah dibuat di tengah-tengah gambar hingga membentuk nama hewan tersebut.
Kertas bergambar hewan, gunting, dan pensil

Penugasan dan observasi
Selama 15 menit
Mengenal hewan
Menebak gambar hewan dan menirukan gerakannya sambil menirukan suaranya
Gambar yang sudah digunting oleh murid akan dikumpulkan. Lalu instruktur menunjukkan satu persatu gambar tersebut sambil bertanya nama hewan tersebut dan mengajak anak menirukan gerakan hewan tersebut sambil menirukan bunyi hewan tersebut
Gambar kertas yang sudah dipotong siswa
Observasi, Penugasan
Selama 15 menit
Bernyanyi “Kandang Pak Tani”
Bernyanyi sesuai arahan instruktur disertai dengan gerakan-gerakannya
Pertama-tama, anak diarahkan untuk berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. lalu nyanyian dan gerakan-gerakan pun mulai dilakukan
Siswa -siswa
Observasi, Penugasan
                                                                        
c)      Penutup (5 menit)
Kegiatan akan ditutup dengan ucapan terima kasih untuk semangatnya hari ini dan memberikan pertanyaan singkat mengenai perasaan nya selama pembelajaran bersama kelompok. Lalu kelompok membagikan snack  kepada semua anak dan mengucapkan salam penutup.


b.      Pertemuan II
·         Tema        : Aku senang bekerja sama
·         Tujuan Pembelajaran
TIU  : Mampu bekerja sama dalam kelompok
TIK :  Dapat bekerja sama menyusun puzzle, dan mampu menyelesaikan tugas secara berkelompok dengan baik
Pembagian Sekuen Pembelajaran :
a)      Perkenalan (5 menit) Kegiatan diawali dengan salam pembuka dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang kabar anak hari ini. Misalnya : “siapa yang semangat hari ini”, “siapa yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah?” atau “Tadi ke sekolah di antar siapa? “. Dilanjutkan dengan nyanyian”Injak bumi, angkat kaki” bersama-sama.
b)      Inti (45 menit)


3.      Pembagian Tugas
Adapun pembagian tugas selama kegiatan berlangsung, adalah:
            Pertemuan I
a.       Instruktur kegiatan : Khirzun Nufus.
Adapun tugas dari instruktur adalah sebagai main komunikator yang akan paling banyak berinteraksi dengan peserta didik.
b.      Co-Instruktur Kegiatan : Dewi Suci Armadhani dan Abdul Hakim.
Adapun tugas dari co-instruktur adalah membantu tugas instruktur dalam proses kegiatan.
c.       Observer : Byuti Ridha Andini
Tugas observer adalah mengobservasi jalannya kegiatan, salah satunya melalui metode mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal yang perlu diobservasi adalah :
-          Instruktur dan co instructur menjadi observee
-          Cara pendekatan observee terhadap anak-anak
-          Tutur kata serta body language observee pada anak
-          Apakah observee sudah memenuhi syarat dalam menciptakan chemistry pada anak
-          Respon anak-anak saat diajak berkenalan
-          Motivasi anak-anak saat diajak untuk menceritakan dirinya serta keluarganya
-          Apakah anak-anak termotivasi karna reward saja
-          Bagaimana observee menurunkan kebosanan anak
-          Keinginan anak saat diajak bernyanyi walaupun tanpa reward
-          Feedback yang diberikan anak kepada observee sebagai orang yang asing bagi mereka.
-          Body language anak



            Pertemuan II
a.       Instruktur kegiatan : Byuti Ridha Andini
Adapun tugas dari instruktur adalah sebagai main komunikator yang akan paling banyak berinteraksi dengan peserta didik, menjelaskan permainan dan memimpin jalannya proses paedagogi.
b.      Co-Instruktur Kegiatan : Khirzun Nufus dan Abdul Hakim.
Adapun tugas dari co-instruktur adalah membantu tugas instruktur dalam proses kegiatan.
c.       Observer : Dewi Suci Armadani
Tugas observer adalah mengobservasi jalannya kegiatan, salah satunya melalui metode mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal yang perlu diobservasi :
-          Bagaimana observee mengawali perbincangan pada anak
-          Apakah anak-anak masih mengenal kelompok
-          Apakah kelompok memberi kesan yang baik pada anak
-          Cara observee mengajak anak untuk mengikuti perintah mereka
-          Cara anak melakukan tugas yang diberikan oleh observee
-          Penyampaian serta body language anak dalam menceritakan cita-cita mereka
-          Body language guru-guru anak TK terhadap kelompok
-          Kesan anak terhadap datangnya kelompok sebagai orang asing

4.      Alat Bantu yang Digunakan
            Alat bantu yang akan sering digunakan adalah alat-alat tulis yaitu pensil dan penghapus sebagai reward untuk beberapa kegiatan. Kertas HVS bergambar sebagai bahan dalam pembelajaran di pertemuan pertama. Untuk pertemuan kedua menggunakan puzzle, spidol dan papan tulis sebagai alat bantu pembelajaran.



3.      PROSES PEMBELAJARAN
a.       Skenario yang Berpeluang Diobservasi
Pertemuan I (Kamis, 27 Maret 2014)
            Kelompok tiba di TK Namira sekitar pukul 8 pagi. Saat itu para siswa dan guru masih mengikuti senam pagi bersama di aula sekolah. Kemudian sekitar pukul 8.10 senam berakhir, siswa kembali ke kelas masing-masing. Setiap kelas rata-rata berjumlah 15-25 orang, begitu juga dengan kelas dimana kelompok akan melakukan praktek paedagogi yang siswanya berjumlah 20 orang. Namun 3 orang siswa bersama beberapa orang siswa dari kelas lain, tidak bisa mengikuti kegiatan kelas karena harus latihan bermain pianika untuk tampil di suatu acara, jadi saat itu ada 17 orang siswa yang menjadi objek praktek paedagogi kelompok.
            Sebelum kelompok memulai kegitan, kepala sekolah terlebih dahulu masuk ke kelas dan memperkenalkan kelompok kemudian memberitahu tujuan kedatangan kelompok, sebelum keluar kelas kepala sekolah mengajak para siswa untuk bernyanyi bersama untuk memberi semangat siswa. Baru kemudian kelompok memulai praktek paedagogi. Didalam kelas masih ada dua orang guru yang akan mengawasi kegitan, dan berjaga-jaga kalau-kalau nantinya ada siswa yang sulit diatur atau keadaan kelas tidak bisa dikendalikan kelompok.
            Kelompok mengawali kegitan pagi itu dengan perkenalan oleh anggota kelompok satu persatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan pembukaan seperti “apa kabar adik-adik?”, “yang tadi pagi sarapan tunjuk tangan. Tadi pagi sararapan apa?” dan “siapa yang tadi sebelum ke sekolah mandi dulu? Siapa ayo yang belum mandi? Coba dicium dulu teman disebelahnya, wangi nggak?”. Dengan pertanyaan tersebut kelompok berharap dapat menarik atensi para siswa dan membuat siswa lebih bersemangat dan mau ikut aktif dalam kegiatan. Kemudian dilajutkan dengan perkenalan satu-persatu oleh para siswa yang hadir dikelas. Siswa diminta untuk menyebutkan nama panggilan mereka. Saat itu kondisi kelas sangat atraktif, karena para siswa yang lain ikut berteriak menyebutkan nama siswa lain saat memperkenalkan diri.
            Selanjutnya kelompok mengajak siswa untuk bernyanyi bersama. Lagu pertama adalah ‘kalau kau senang hati’. Para siswa bernyanyi dengan semangat, apalagi ketika kelompok mengganti lirik ditengah lagu menjadi “kalau kau senang hati gelitik temanmu”, ada yang tertawa kegelian bahkan ada yang berlari sampai keujung kelas untuk menggelitik temannya yang lain. Kegiatan selanjutnya kelompok mengajak siswa bermain menyebutkan panca indera sambil menunjuk panca indera yang dimaksud. Misalnya ketika instruktur menyebutkan hidung, siswa juga akan berkata hidung sambil menunjuk hidung. Kelas menjadi heboh ketika instruktur berkata mulut sambil menunjuk mata yang tanpa sadar diikuti oleh para siswa, kemudian mereka menertawakan satu sama lain.
            Kelompok kemudian membagi kelas menjadi 4 kelompok, yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Tiap kelompok masing-masing diberikan satu set puzzle yang sudah dipersiapkan, mereka diminta untuk menyusun puzzle tersebut secepat mungkin, dan kelompok tecepat akan dijanjikan reward. Siswa sangat bermangat menyelesaikan puzzle karena gambar-gambar yang dipilih juga disesuaikan dengan selera anak-anak. Kami juga ikut duduk dan membantu siswa menyelesaikan puzzle, sambil mengajak mereka ngobrol “ini gambar apa ya?”, “gambarnya cantik ya?”, “kamu suka princess nggak?” atau “yang ini diletakin dimana ya?”. Setelah semua kelompok menyelesaikan masing-masing puzzle mereka diberikan reward yang sudah dijanjikan sebelumnya. Semua kelompok diberikan reward karena sudah berhasil menyusun puzzle dengan baik.
            Sebelum kegiatan hari itu berakhir, sekali lagi kelompok mengajak siswa bernyanyi bersama, lagu potong bebek angsa sambil menirukan gaya instruktur didepan kelas. Sekitar pukul 9.15 kelompok menutup kegiatan hari itu, dan berjanji akan kembali lagi.
Pertemuan II (Sabtu, 29 Maret 2014)
Kelompok kembali ke kelas yang sama dengan kelas yang sebelumnya, saat itu mereka baru saja masuk kelas. Sebelum memulai kegiatan kelompok bertanya pada siswa apakah masih ingat dengan mereka “ayo nama kakak yang ini siapa?”, ada beberapa orang siswa yang masih ingat namun ada juga beberapa siswa lain yang terlihat ragu untuk menjawab nama anggota kelompok, kemudian kelompok kembali memperkenalkan diri satu-persatu. Kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi bersama, siswa dan kelompok menyanyikan lagu lihat kebunku dan pelangi sambil bertepuk tangan sesuai dengan tempo lagu.
Selanjutnya para siswa diminta untuk duduk tertib di tempat duduk masing-masing. Kemudian kelompok membagikan alat bantu yang sudah dipersiapkan berupa, gambar binatang kucing, ayam, kambing dan bebek yang sudah diprint hitam putih. Kelompok membagikan pensil warna milik masing-masing siswa. Mereka diminta untuk mewarnai gambar binatang tersebut dengan pensil warna. Anggota kelompok ikut bergabung bersama siswa sambil kembali mengajak mereka bercerita “kamu dapat gambar apa?” “kamu suka kucing?”. Ada beberapa anak yang mewarnai binatang tersebut sesuai dengan warna yang sebenarnya, namun ada pula yang tidak. Seperti ada yang mewarnai kucing dengan warna ungu atau bebek dengan warna merah.
Setelah semua siswa selesai mewarnai, kelompok bertanya “siapa yang dapat gambar kucing ayo tunjuk tangan” dan “suara kucing gimana ya?”, begitu seterusnya dengan ayam, kambing dan bebek. Para siswa bersemangat menirukan suara binatang-binatang tersebut. Selanjutnya kelompok memberikan instruksi bahwa, para siswa harus mencari induk dari binatang yang telah mereka warnai sebelumnya, dimana Byuti menjadi induk kucing, Uun menjadi induk ayam, Dewi menjadi induk bebek dan Hakim menjadi induk kambing. Para siswa diminta untuk mencari masing-masing induk binatang sambil menirukan suara binatang tersebut. Selanjutnya, masih berbentuk kelompok para siswa diajak benyanyi bersama lagu ‘aku anak sehat’ dan ‘kuda kecil’ sambil memperagakan lagu tersebut. Kemudian siswa diminta kembali ketempat duduk masing-masing.
Selanjutnya kelompok meminta siswa yang berani untuk tampil didepan kelas menyanyikan sebuah lagu, yang dipilih siswa yang duduknya paling rapi, yang berani tampil akan diberikan reward berupa penggaris. Ada 5 siswa yang terpilih untuk maju ke depan kelas dan membawakan lagu bebas. Setelah kelima siswa tersebut tampil, kelompok bertanya “yang lain juga mau hadiah  nggak?” semua siswa serentak menjawab “mauuu…”. “yang mau hadiah ayo coba buat barisan” siswa kemudian bergegas membuat barisan yang rapi. Kelompok membagikan bingkisan berupa makanan ringan yang dibungkus dalam plastik, layaknya bingkisan yang dibagikan pada perayaan ulang tahun.
Sebelum mengakhiri kegiatan, kelompok bertanya kepada para siswa bagaimana perasaan mereka, “adik-adik gimana perasaannya? Seneng nggak?”. Kemudian kelompok mohon undur diri dari kelas tidak lupa berterimakasih kepada siswa karena sudah aktif mengikuti kegiatan yang ada.


b.      Objek Observasi
Pertemuan I (Kamis, 27 Maret 2014)
·         Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan Co-Instruktur
Eye contact sangat bermanfaat untuk menyampaikan informasi, menunjukkan perhatian dan minat, mengundang dan mengontrol interaksi, mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang lain, memberikan umpan balik selama pembicaraan dan mengungkapkan sikap
Dari kontak mata yang observer lihat, observee sangat antusias dilihat dari besarnya pupil mata observee saat memandang anak-anak. Namun, masih ada keraguan-keraguan yang tersimpan seolah-olah tidak percaya bahwa saat itu mereka sedang berinteraksi langsung dengan anak-anak. Tetapi dari yang observer lihat bahwa observee mencoba untuk mengontrol interaksi kepada anak-anak, seperti yang kita ketahui perhatian untuk anak-anak yang berumur 5 tahun sangat mudah terpecahkan sehingga tatapan observer pun harus benar-benar terjaga untuk melihat semua anak-anak di dalam ruangan.
Kontak mata dari Anak-anak
Dari kontak mata nya, anak-anak terlihat sangat antusias dengan kelompok. Dimana saat para instruktur berbicara kepada seluruh siswa di kelas, siswa memperhatikan instruktur yang sedang berbicara kepada mereka. Selain itu ketika instruktur berusaha memberikan kontak mata langsung  kepada satu per satu siswa, siswa juga memandang kearah instruktur, walaupun kontak mata yang terjadi tidak berlangsung lama karena perhatian anak cepat sekali beralih. Artinya terjadi kontak mata yang baik antara siswa dan instruktur, karena anak membalas kontak mata dari instruktur.



·         Body language
Instruktur dan Co-Instruktur
Body language yang ditampilkan para observee diantaranya adalah terlalu banyak melakukan gerakan yang tidak bertujuan yang dapat diartikan bahwa mereka sangat gugup. Ini dikarenakan praktek paedagogi merupakan hal yang sangat baru. Body language yang lain adalah berbicara sambil menutup mulut yang dapat diartikan bahwa para instruktur takut salah apa yang ia katakan pada anak-anak. Kemudian melakukan pendekatan kepada anak-anak namun secara ragu-ragu dan seperti ‘ingin tapi tidak ingin’, ini menandakan bahwa para instruktur kurang mampu menguasai kegugupannya. Padahal anak-anak sangat aktif untuk diajak berinteraksi bahkan ada ank yang ketika tidak diajak berinteraksi, dia malah berdiri maju kedepan untuk berinteraksi dan para instruktur melakukan gerakan menunduk untuk mendengarkan anak tersebut yang menandakan instruktur perduli dan welcome terhadap anak yang aktif tadi. Namun, ada satu waktu dimana ada anak perempuan yang bernama Aliza menangis, disitu kami semua sebagai tamu diam termasuk para instruktur nya karna kami sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi pada anak tersebut sehingga datang lah guru mereka dan mendiamkan anak yang menangis tadi. Dari raut muka yang observer lihat, para instruktur sangat kebingungan bahkan saya sendiri bukan malah mendiamkan Aliza tetapi malah bertanya kepada uun “anak itu kenapa nangis?”, dan kami semua terdiam seketika.
Anak-anak
Beberapa siswa menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang positif terhadap proses pembelajaran yang di sajikan kelompok. Dimana anak terlihat aktif dan bersemangat mengikuti instruksi dari kelompok. Walaupun awalnya tidak semua anak ikut aktif, namun dominannya anak yang aktif dalam proses pembelajaran membuat anak yang kurang aktif lama-kelamaan menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang positif juga. Kami semua  juga berusaha mendorong anak-anak yang kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan berbicara secara langsung dengan posisi tubuh yang sama dengan anak, sehingga anak merasa lebih dekat dan lebih terbuka pada kelompok serta mau mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya. Ini dapat dilihat ketika para instruktur menugaskan mereka untuk menyusun puzzle. Puzzle tersebut dibagi kedalam 4 kelompok yang masing-masing 5-6 orang anak. Ketika instruktur membawa puzzle tersebut anak-anak semua melihat kearah instruktur bahkan ada beberapa anak yang mendekati instruktur tersebut. Saya sebagai observer berada dalam satu kelompok dimana kelompok tersebut dihuni oleh para gadis cantik dan satu pangeran. Disitu saya memberikan puzzle yang bergambarkan princess yang merupakan gambar kebanggaan para gadis-gadis jelita. Walaupun ada satu pangeran disitu, namun pangeran tersebut tidak protes atau mencoba untuk bergabungg dengan teman kelompok lain yang mendapatkan gambar binatang tetapi dia malah bersemangat menyiapkan puzzle tersebut. Di dalam kelompok tersebut ada yang social loafing, gadis cantik mirip orang Arab yang bernama Aissya, dia malah sibuk mengajak ngobrol dengan saya padahal saya mencoba untuk mengalihkan perhatiannya pada puzzle tersebut. Tetapi walaupun ada satu orang yang social loafing, mereka tetap yang juara satu yang menyiapkan puzzle berkat anggota lain yang solid dan kompak. Hehehe
·         Pilihan Kata & Kalimat
Instruktur dan Co-Instruktur
 Instruktur dan teman-teman kelompok lain sangat memilih kata-kata apa yang akan di ucapkan. Mengingat konsep kata”jangan” yang di bahas pada pembelajaran PAUD sangat tidak baik di ucapkan kepada anak-anak usia dini. Seperti saat salah satu anak yang bernama Faik mengejek salah satu teman perempuannya yang bernama Aisyah hingga membuat Aisyah menangis . Ketika menasihati Faik kami lebih memilih menggunakan kalimat “mengejek itu gak baik Faik, Allah gak suka sama anak yang suka ngejek temannya” daripada menggunakan kalimat “jangan ngejek- ngejek gitu lah Faik”. Karena anak pada usia dini akan lebih mengingat kalimat setelah kata jangan tersebut, yaitu kata “ngejek”. Nantinya anak akan mengulangi perbuatan mengejek tersebut.
Pemilihan kata dan kalimat para instruktur tampak kurang banyak dan mengatakannya kepada anak-anak pun secara ragu-ragu bahkan ketika saya diminta untuk menjadi instruktur, saya bingung dan tidak tahu apa yang akan saya katakan didepan anak-anak yang dari raut wajahnya itu seperti mengatakan “kita mau main apa lagi kak?”. Akhirnya kami meminta bantuan kepada guru untuk mengatakan maksud kami sehingga anak-anak mudah untuk mengerti.

Anak-anak
Anak-anak yang saya observasi sangatlah sering mengulang kata-kata. Seperti pada saat itu mereka diminta untuk mengulang nama-nama kami semua. Ketika saya menunjuk uun mereka semua menjawab “ kak uuuunnn”, begitu juga dengan dewi dan hakim dan ketika giliran saya, mereka semua terlihat sedang mikir dan ada satu orang yang bernama Faik langsung mengatakan “ kak Yuniii”. Kami semua tertawa dibuat si Faik, yang saya dengar dari guru bahwa ialah entertainer kelas TK-B Strawberry. 

·         Respon Audience
Ketika instruktur menggunakan kalimat “mengejek itu gak baik Faik, Allah gak suka sama anak yang suka ngejek temannya”, Faik menunjukkan respon yang sesuai dengan maksud dari kalimat yang digunakan yaitu Faik berhenti mengejek Aisyah dan meminta maaf kepada Aisyah. Lalu ketika instruktur memberikan instruksi kepada siswa, siswa mampu memahami instruksi yang diberikan. Selain itu siswa juga terlihat sangat aktif mengikuti proses pembelajaran ketika instruktur memberikan reward kepada siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Dalam hal ini reward yang diberikan berhasil memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pertemuan II (Sabtu, 29 Maret 2014)
·         Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan Co-Instruktur
Kontak mata yang digunakan dihari kedua ini sudah berubah dari formal gaze ke informal gaze atau malah ke eprsonal gaze, dimana para instruktur sudah melihat anak-anak tidak hanya mukanya saja namun sudah ke seluruh badan ana-anak. Di hari kedua ini para instruktur juga sudah terlihat tidak gugup lagi dilihat dari eye contact yang diberikan sudah mencakup ke seluruh bagian ruangan. Mereka sudah lebih yakin bahwa anak-anak welcome  terhadap mereka dan mudah untuk diajak berinteraksi.
Kontak mata dari Anak-anak
Seperti hari pertama, kontak mata mereka tetap sama dan seantusias hari pertama. Apalagi mereka tahu bahwa kami semua menyenangkan dan membawa reward yang banyak buat mereka serta permainan-permainan yang membebaskan mereka dari belajar formal seperti hari biasa. Mereka juga melebarkan pupil mata mereka yang mengartikan bahwa mereka tertarik pada kami semua.
Pada hari kedua, kontak mata yang terjadi lebih baik dari hari pertama. Dimana anak yang tadinya tidak berani melakukan kontak mata dengan waktu yang lama kepada kelompok, pada hari kedua sudah mulai berani melakukan kontak mata yang lebih lama. Mungkin dipengaruhi oleh perasaan sudah mengetahui dan mengenal kelompok. Anak-anak juga masih terlihat antusias dengan kelompok seperti di hari pertama.

·         Body language
Instruktur dan Co-Instruktur
Body language yang ditampilkan dihari kedau ini sudah tidak melakukan gerakan yang berlebihan lagi. Para instruktur melakukan gerakan hanya ketika mereka berinterasksi dengan anak-anak dan posture mereka berdiri sudah meyakinkan bahwa anak-anak tersebut baik sehingga tidak ada ketakutan sama sekali didalam hati para instruktur.
Anak-anak
Beberapa siswa yang awalnya seperti enggan untuk ikut aktif dalam kegiatan, pada hari kedua sudah mulai menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang menunjukkan ketertarikan lebih pada kegiatan yang diberikan. Hal ini menunjukkan usaha kelompok untuk mendorong anak-anak yang kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan berbicara secara langsung untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya membuahkan hasil yang baik.

·         Pilihan Kata & Kalimat
Instruktur dan Co-Instruktur
Sama seperti hari pertama, pada hari kedua instruktur dan teman-teman kelompok lain tetap memilah kata-kata apa yang akan di ucapkan. Kami juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang mengandung motivasi. Seperti, ketika salah satu anak memohon co-instruktur untuk membantunya mencat gambar pada kertas yang disediakan kelompok, karena saat itu semua temannya sudah selesai mencat dan dia ingin cepat siap. Namun co-instruktur menolak permohonan itu dengan menggunakan kalimat yang memotivasi anak,”kamu harus ngerjain itu sendiri ya, kalo kakak yang ngerjain nanti hadiahnya untuk kakak loh”.  Dengan kalimat seperti itu, dia tidak merasa di abaikan dan berusaha lebih giat.
Anak-anak
Kata-kata yang diucapkan anak-anak pada hari kedua sama seperti hari pertama, hanya saja mereka lebih manja dan akrab terhadap para instruktur.

·         Respon Audience
Semua anak terlihat lebih responsif dengan semua instruksi kelompok di hari kedua. Siswa juga tetap terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran ketika instruktur memberikan reward kepada siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Reward masih berfungsi memotivasi siswa untuk lebih aktif dan bersemangat dalam kegiatan. Selain itu, diakhir pembelajaran pada hari kedua, kelompok menanyakan perasaan semua anak dengan kegiatan yang dilakukan selama dua hari kepada kelompok. Dengan semangat mereka mengungkapkan rasa senangnya dengan kehadiran kelompok dan berterima kasih karena telah memberikan hadiah-hadiah kepada mereka semua.



4.      Evaluasi
Dari hasil pertemuan I dan II, kegiatan tersebut akan dievaluasi berdasarkan teori :
Paedagogi Modern
Berdasarkan hasil diskusi kami, kami melakukan pendekatan paedagogi Modern, dimana paedagogi modern dicirikan oleh 4 hal yaitu :
Pengajaran
Yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten, pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
Dari penjelasan diatas, kami melakukan pengajran dengan menggunakan teknik reward dan bernyanyi bersama untuk mentransformasikan ilmu dan merangsang bakat-bakat yang ada didalam tubuh anak. Kami juga membuat permainan puzzle yang sangat berguna untuk merangsang sistem logika anak serta memfasilitasi anak dengan puzzle yang telah kami persiapkan dan gambar-gambar hewan yang telah kami print sehingga ank tinggal mengerjakannya.
Belajar
Yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan.
Proses ini lah yang dilakukan Faik, salah satu murid kami yang langsung berinisiatif berdiri maju kedepan kelas untuk mengungkapkan perasaan dan apa juga mencoba untuk memberi masukan apa yang akan kita lakukan hari ini. Serta ia juga yang berinisiatif memanggil nama Byuti dengan kak Yuni padahal teman-temannya semua pada diam dan mencoba mengingat nama Byuti.
Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat paedagogi.
Kejadian ini dilakukan oleh Aissyah dimana ia mencoba untuk melakukan khayalan-khayalan tentang gambar princess yang kami berikan. Disitu ia bercerita tentang rumah princess ataupun teman-teman princess bahkan ia juga bercerita bahwa ia memiliki princess di rumahnya.
Hubungan belajar mengajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia.
Untuk tahapan usia 5 tahun, para guru lah yang meberi intruksi kepada anak-anak, caranya dengan membunyikan kerincingan bulat ketika mereka semua masing-masing tidak memperhatikan dan malah asik sendiri. Dengan alat bantu alat musik itu, anak-anak akan merubah atensi mereka semua ke arah sumber bunyi.

Perspektif Danilov
Yang mendefinisikan istilah pedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh siswa berkaitan dengan antusiasmw mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam proses kerja yang intensif dan aktif.
Ini sangat jelas seperti yang kami lakukan dimana anak-anak sangat antusias terhadap pengetahuan dan kecerian serta pengembangan untuk diri mereka ketika kami melakukan games puzzle yang sangat membantu pengembangan otak kiri mereka dan ketika kami menyuruh mereka untuk bernyanyi kedepan walaupun mereka sendiri bingung untuk menyanyikan lagu apa sehingga harus dibantu untuk menentukan judulnya. Ini sangat membantu untuk pengembangan kepercayaan diri mereka serta untuk pengetahuan ilmiah kami membuat permainan induk ayam, bebek, kucing dan kambing yang ketika kami menyuruh mereka untuk memeragakan suara kucing mereka pun “meow...meow..meow”, dan begitu seterusnya yang membentuk pengetahuan ilmiah mereka.
Ini juga berkaitan dengan yang dirumuskan oleh badan nasional Standar profesional Pengajaran di Amerika Serikat (h. 4) dimana tidak hanya memfasilitasi melainkan juga memotivasi, menagkap hati dan pikiran mereka serta melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran.
Kami memotivasi anak-anak dengan reward yang kami berikan. Tetapi kekurang dari reard adalah ketika salah satu anak sudah maju kedepan untuk bernyanyi dan mendapatkan sebuah penggaris maka ia tidak ingin lagi memperhatikan temannya melainkan asik sendiri dengan penggaris nya yang bisa ia main-mainkan.
Ini berhubungan jugateori yang dikembangkan oleh B.F Skinner tentang proses pembelajaran Stimulus-Respon, dimana respon akan terjadi penguatan ketika stimulus yang diberikan menyenangkan bagi anak dan mengeliminasi respon yang menyenangkan ketika stimulus tersebut tidak baik untuknya.
Elemen-elemen penting dalam mengajar
Yaitu meliputi tujuan, bahan ajar, interaksi guru-siswa dengan perekat kemampuan pengelolaan kelas dan evaluasi dengan hasil belajar.
Kami semua memiliki tujuan, bahan ajar dan interaksi serta evaluasi kami dapatkan dari anak-anak yang ketika kami tanya” apakah mereka senang akan kehadiran kami?” mereka semua dengan serentak menjawa “senaaaang”. Dan ketika kami telah keluar tetapi masih dilingkungan sekolah, salah satu anak menghampiri kami dan masih berinteraksi dengan memamerkan makanan yang ia bawa untuk hari ini padahal kami semua tidakada yang bertanya mengenai hal tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS