Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

TUJUAN DAN MAKNA HIDUP



“Affectus, qui passio est, desinit esse passio simulatque eius claram et distinctam formamus ideam.” Emosi yang sedang menderita, tidak akan lagi menderita setelah kita membuat gambaran yang jelas dan benar dari penderitaan tersebut.

Jika hidup benar-benar memiliki makna, maka harus ada makna didalam penderitaan. Karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, meskipun penderitaan itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian. Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tak sempurna.

Dalam hidup kita selalu ingin “Sukses dan Bahagia”, kadang kita salah, karena kita berfikir bahwa untuk itu kita perlu memperbaiki kekuranngan-kekurangan kita. Padahal menurut Martin Seligmant Directur APA (American Psychology Association, yang beranggotakan lebih dari 160.000 orang) dalam bukunya Authentic Happiness mengatakan; “Untuk sukses dan bahagia, kita lebih baik mengoptimalkan apa yang kita miliki, bukan memperbaiki apa yang kurang pada diri kita.” (Apa ini Benar?)

Perasaan Positif yang tumbuh dari penumbuhkembangan kekuatan dan kebajikan, alih-alih memalui jalan pintas adalah perasaan positif yang authentic (baca = benar). Perasaan Positif membuat orang mendekati itu, Persasaan Negative menghindari sesuatu itu.

Perasaan adalah keadaan (kejadian semenatara), yang bukan sebuah Kepribadian. Kalau Kepribadian (baca = watak), karakteristik negative/positif yang terus muncul pada berbagai keadaan, situasi. Sebagai contoh; Ada watak optimis dan pesimis (Gelas Setengah Penuh atau Setengah Kosong).

Hidup yang baik adalah menggunakan kekuatan khas Kita setiap hari untuk menghasilkan kebahagiaan yang authentic dan gratifikasi berlimpah. Gratifikasi adalah Keadaan menyenangkan yang mengikuti pencapaian hasrat. Ini beda dengan Kepuasan  sebuah keadaan menyenangkan yang diperoleh setelah suatu motif terpenuhi.

Kebahagiaan adalah ‘Rasa Puas’ yang disebabkan oleh Hidup yang Baik yang ditambatkan (dikaitkan, dicantolkan) untuk Pemenuhan Makna.

Hidup otentik adalah hidup dimana manusia benar-benar jadi subjek, sama sekali tidak jadi objek. Dengan kesubjekan ini, manusia menjadi otentik. Dengan ini penemuan makna terjadi, bertindak otentik sesuai dengan kemanusiaannya (yaitu mencari makna, mencari kebahagiaan, bebas dalam bertindak).
 
Makna adalah pengenalan tempat-tempat segala sesuatu didalam suatu system. Pengenalan seperti itu terjadi jika relasi sesuatu yang lain dalam system tersebut menjadi terjelaskan atau terpahamkan.



Tetapi Kita Mesti ingat: Jangan mencari sukses –semakin keras kamu berupaya dan menjadikan sukses sebagai target, semakin sulit kamu meraihnya. Kerena sukses, seperti juga kebahagiaan, tidak dapat dikejar; dia harus terjadi, dan itu hanya bisa diraih sebagai efek samping dari dedikasi pribadi seseorang terhadap upaya yang lebih bermakna, sebagai produk samping dari penyerahan seseorang kepada orang lain diluar dirinya sendiri. Kebahagiaan akan didapat, begitu juga keberhasilan; kamu harus membiarkan datangnya tanpa memedulikannya.

Meskipun jumlahnya sedikit, orang-orang itu (yang mampu bertahan di kamp Nazi atau dibawah tekanan yang sangat-sangat tinggi, dengan moralitas yang “cukup”) menjadi bukti yang cukup, bahwa apapun bisa dirampas dari manusia kecuali satu; kebebasan terakhir seorang manusia –kebebasan untuk menentukan sikap hidup dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri.

Kita Memang Diberi Kebebasan untuk Memilih, Kecuali Memilih Akibat dari Pilihan Kita. Bayangkan sebuah “Papan Catur”. Mantri dengan semua potensi yang dimilikinya, tidak akan bisa berbuat apa-apa bila “Pion Kecil” didepannya tidak bergerak, dan setelah berjalannya waktu (seperti alam-ini: miniaturnya adalah Papan Catur), maka benarlah ucapan Filsuf Prancis J.P. Sartre (sayang dia atheis); SATU LANGKAH KITA, APAPUN KITA ITU, mau mantri, gajah, pion kecil, kuda atau yang lainnya, KONSEKUENSI/AKIBATNYA merubah seluruh TATANAN KONFIGURASI POTENSI ALAM INI. Sesungguhnya Dalam penciptaan Alam ini, dibuat bukan dengan SENDAU-GURAU dan SIA-SIA. Kita akan dimintai PERTANGGUNG-JAWABAN. Pertanggungjawaban dari kata Responsibility, Response dan Ability = Kemampuan Merespon Kejadian, apapun yang kita lakukan.

Kata Latin finis memiliki dua arti; yaitu akhir atau selesai, dan sebuah tujuan untuk diraih. Seseorang yang tidak bisa melihat (DARI MANA DIA BERADA, UNTUK APA DIA ADA, DAN KEMANA TUJUAN AKHIRNYA) akhir “kehidupan sementara”-nya, tidak akan bisa meraih sasaran tertinggi dalam hidupnya. Dia tidak lagi hidup untuk masa depan, berbeda dengan kehidupan manusia normal. Spinosa dalam bukunya “Ethics” mengatakan; “Affectus, qui passio est, desinit esse passio simulatque eius claram et distinctam formamus ideam.” Emosi yang sedang menderita, tidak akan lagi menderita setelah kita membuat gambaran yang jelas dan benar dari penderitaan tersebut.

 Setiap situasi ditandai oleh sifatnya yang unik, dan hanya ada satu jawaban untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Ada banyak penderitaan yang harus kita jalani. Karenanya, kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha menekan perasaan lemah dan takut. Tetapi, kita juga tidak perlu malu untuk menangis, karena airmata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar, keberanian untuk menderita.

Dia tahu “mengapa” ia hidup, akan mampu menghadapi yang “bagaimana” pun. Kata Nietzsche; “was mich nicht umbringt, macht mich staeker” (segala sesuatu yang tidak membunuh saya, membuat saya jadi lebih kuat)”. Ada kata-kata lain; Was du erlebst, kann keine Macht der Welt dir rauben (Tidak ada satu kekuatan pun dibumi ini yang bisa merampas darimu pengalaman hidup yang sudah kamu jalani). Tidak hanya pengalaman, tetapi juga semua perbuatan kita, gagasan hebat yang mungkin pernah kita pikirkan dan semua penderitaan kita; semua itu tak akan hilang, meskipun sudah berlalu, semuanya bisa dihidupkan kembali, barangkali kehidupan yang paling nyata.

Apabila kita menggunakan konsep Menurut logoterapi, maka ada 3 cara yang bisa ditempuh manusia untuk menemukan makna hidup; 1) Melalui Pekerjaan atau Perbuatan [disini dilakukan dengan berusaha mendapat keberhasilan dan sukses. Tetapi bukan sukses dengan penyakit, tetapi sukses seperti diartiakan diatas, succes yang authentic. Makanya jangan heran, banyak manusia akan menderita, jika mereka tanpa aktifitas keseharian walau secara financial cukup. Kerja adalah pemenuhan makna hidup, bukan hanya mencari penghasilan, uang]. 2) Dengan mengalami sesuatu atau melalui seseorang [ini dilakukan dengan cinta]. Sebab tak ada orang yang bisa sepenuhnya menyadari esensi manusia lain tanpa cinta. Dengan cinta kita tahu kelebihan, kekurangan, bahkan merupaya mewujudkan atau menunjukkan potensi yang seharusnya dicapai oleh orang tersebut dan kita siap untuk membantunya. 3) Melalui cara kita menyikapi penderitaan yang tak dapat dihindarkan [dalam penderitaan setiap manusia menjadi saksi untuk potensi unik manusia. Dimana manusia ternyata bisa mengubah tragedy menjadi kemenangan, mengubah kemalangan menjadi keberhasilan. Saat kita tak bisa mengubah situasi (misalnya penyakit mematikan, kanker, HIV dan lain-lain) kita ditantang untuk mengubah diri kita sendiri. Banyangka conroh-contoh orang yang mengidap sakit parah Muhammad Ali (Parkinson’s bisa bermakna hidupnya), kehilangan kaki dan contoh menarik sebenarnya perlu dilihat dalam kejadian Tsunami di Aceh].

  Sumber :
Martin E.P. Seligman, “Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting fulfillment, Free Press, New York, 2002
Frankl, Viktor, E, “Man Search For Meaning”, Revised and Updated. Washinton Square Press, Cet-21, 1985

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEDAGOGI TRANSFORMATIF

1.      Statis vs Dinamis
Persyaratan guru ada yang cenderung statis dan yang yang dinamis. Persyaratan yang cenderung ststis, berupa persyaratan formal yaitu : kualifikasi akademik dan sertifikat guru. Persyaratan yang bersifat dinamis yaitu kompetensi subtantif, karena harus menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetyahuan, teknologi, dan perkembangan masyarakat. Upaya memenuhi persyaratan yang dinamis ini sangat tergantung pada prakasa lembaga dan inisiatif penyandang profesi guru itu sendiri.
Era Transisi
Pendidikan merupakan mekanisme penting untuk mencapai tujuan pembangunan. Dalam proses transisi menuju masyarakat ekonomisberbasis TIK semakin dirasakan kebutuhan akan penciptaan dan desiminasi pengetahuan. Pada era transisi ini, sekolah dan lembaga pendidikan tinggi8 harus bermetamorfosis agar tidak mengalami kemunduran di tengah-tengah tekanan yang makin kompetitif. Jka tidak, sekolah dan perguruan tinggi akan tertinggal akan kemjuan ekonomi berbasis penegetahuan.
            Istilah pedagogi tidak hanya berkaitan dengan strategi atau gaya mengajar dalam makna interaksi guru siswa semata, melainkan mengalami perluasan makna, karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk melampaui peran tradisional mereka, memperluas ruang lingkup kerja mereka dalam berpartisipasi aktif untuk kemajuan pengetahuan, serta peran yang diberikan kepada TIK untuk bertindak sebagai mediasi artefak munculnya sistem jaringan pendidikan, mendukung kolaborasi secara peer-to-peer, termasuk otonomi pembelajaran dan rasa bertanggng jawab untuk belajar.
 2.      Esensi Pedagogi Transformatif
Dengan pedagogi transformatif, konstruksi sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk transformasional, bukan sekedar dipersepsi sebagai interaksi antar merekan dan guru. Konsekuensi dari perubahan ini adlah pengenalan kembali bentuk-bentuk baru pedagogi diakaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pedagogi transformatif harus memilki agenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitas, hubungannya dengan kekuasaan, serta kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri.
            Era TIK inipun mendorong penyempurnaan proyek-proyek global berskala besar di bidang teknologi pendidikan.
 3.      Resolusi Konflik
Pendidikan bukan menjadikan wahana trasformasi ideologi perlawanan, melainkan mestinya banyak yang menawarkan resolusi konflik. Siswa mestinya berpikir alternatif untuk tidak selalu menampilakan tindakan demontratif, kecualai resolusi dialogis benar-benar macet.
 4.      Komunitas Praktik
Aplikasi TIK dalam pembelajaran telah memberi pemaknaan baru pada pedagogi. Meski ada perwarnaan baru, namu n esensi pedagogi tetap tidak keluar dari kesejatiannya, antara lain :
  • Pedagogi kerja, diamana siswa belajar dengan membuat produk yang bergunua atau menyediakan layanan yang bermanfaat.
  • Pembelajaran kooperatif, dimana kegiatan mengajar dan belajar dilakanankan berdasarkan kerjasama dalam proses yang produktif.
  • Pembelajaran berbasis penyelidikan, dimana kagiatan ini dapat dilakukan dengan metode trial dan error yang melibat kelompok kerja, dll
  • Metode kerja ilmu pengetahuaan alam atau sains, khususnya kegiatan pembelajaran dengan pendekatan induktif, pendekatan ilmiah, dsb.
  • Pembelajaran berbasis atau berpusat pada minat siswa belajar dan rasa ingin tahu mereka.
 5.      Objek dan Instrument
Pedagogi transformatif tidak hanya berkaitan dengan transformasi pembelajaran dalam konteks sosial di sekolah, melainkan berangkat dari konteks sosial itu sendiri. Kapasitas  pedagogi tansformatif muncul dari sinergi antara ketersediaan sumber daya dan komitmen untuk membawa proyek-proyek yang bermakna bagi komunitas manusia untuk hidup. Dalam hal ini objek pedagogi transformatif mengambil dasarnya metodologi inovatif, yang berperan sebagai artefak konseptual untuk menyeberangi batas-batas strategi pembelajaran disatu sisi dan manajemen transformasi berkelanjutan pada tingkat induvidu, kelompok, dan organisasi di sisi lain.
6.      Multivarian Model
Teori pedagogi trasnformatif telah bermetamorfosis menjadi banya varian antara lain teori model jaringan integratif, teori model pembelajaran ekspansif, teori model penciptaan pengetahuan, teori model praktis komunitas praktis, dan teori model bangun pengetahuan.
 7.      Membatasi Siswa
Belakangan ini pola interkasi guru dengan siswa bukan hanya membatasi kesempatan sisiwa membuat dan mengkreasi  bahasa secara bebas, namun juga membatasi kemampuan siswa untuk terlibat lebih jauh dalam belajar hingga tatanan kemampuan berpikirtingkat tinggi.
 8.      Studi Longitudinal
Kerangka kerja membantu guru-guru memilih dan mengembangkan strategi yang sesuai untuk apa mereka mengajar dan variabel gaya pendekatan mengajar sesuai dengan latar belakang murid-murid mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Perbedaan Andragogi dan Pedagogi

No
Asumsi
Pedagogik
Andragogi
1
Kosep tentang diri peserta didik Peserta didik digambarkan sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Masyarakat mengharapkan para guru bertanggung jawab sepenuhnya untuk menentukan apa yang harus dipelajari, kapan, bagaimana cara mempelajarinya, dan apa hasil yang diharapkan setelah selesai Adalah suatu hal yang wajar apabila dalam suatu proses pendewasaan, seseorang akan berubah dari bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri, namun setiap individu memiliki irama yang berbeda-beda dan juga dalam dimensi kehidupan yang berbeda-beda pula. Dan para guru bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara kelangsungan perubahan tersebut. Pada umumnya orang dewasa secara psikologis lebih memerlukan penga- rahan diri, walaupun dalam keadaan tertentu mereka bersifat tergantung.
2
Fungsi Pengalaman peserta didik Di sini pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik tidak besar nilainya, mungkin hanya berguna untuk titik awal. Sedangkan penglaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari gurunya, para penulis, produsen alat-alat peraga atau alat-alat audio visual dan pengalaman para ahli lainnya. Oleh karenanya, teknik utama dalam pendidikan adalah teknik penyampaian yang berupa: ceramah, tugas baca, dan penyajian melalui alat pandang dengar. Di sini ada anggapan bahwa dalam perkembangannya seseorang membuat semacam alat penampungan (reservoair) pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan.
3
Kesiapan belajar Seseorang harus siap mempelajari apapun yang dikatakan oleh masyarakat, dan hal ini menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi mereka karena adanya perasaan takut gagal, anak-anak yang sebaya diaggap siap untuk mempelajari hal yang sama pula, oleh karena itu kegiatan belajar harus diorganisasikan dalam suatu kurikulum yang baku, dan langkah-langkah penyajian harus sama bagi semua orang. Seseorang akan siap mempelajari sesuatu apabila ia merasakan perlunya melakukan hal tersebut, karena dengan mempelajari sesuatu itu ia dapat memecahkan masalahnya atau dapat menyelesaikan tugasnya sehari-hari dengan baik. Fungsi pendidik di sini adalah menciptakan kondisi, menyiapkan alat serta prosedur untuk membantu mereka menemukan apa yang perlu mereka ketahui. Dengan demikian program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan-urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik.
4
Orientasi belajar Peserta didik menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan, dan mereka memahami bahwa ilmu-ilmu tersebut baru akan bermanfaat di kemudian hari. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sesuai dengan unit-unit mata pelajaran dan mengikuti urutan-urutan logis ilmu tersebut , misalnya dari kuno ke modern atau dari yang mudah ke sulit. Dengan demikian, orientasi belajar ke arah mata pelajaran. Artinya jadwal disusun berdasarkan keterselesaian nya mata-mata pelajaran yang telah ditetapkan. Peserta didik menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses peningkatan pengembangan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang maksimal dalam hidupnya. Mereka ingin mampu menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya hari ini untuk mencapai kehidupan yang lebih baik atau lebih efektif untuk hari esok. Berdasarkan hal tersebut di atas, belajar harus disusun ke arah pengelompokan pengembangan kemampuan. Dengan demikian orientasi belajar terpusat kepada kegiatannya. Dengan kata lain, cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa atau penampilan yang bagaimana yang diharap kan ada pada peserta didik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manajemen Kelas

A.    DESKRIPSI

Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh  peserta didik dengan baik.
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses; guru dengan segala kemampuannya; murid dengan segala latar belakang dan potensinya; kurikulum dengan segala komponennya; metode dengan segala pendekatannya; media dengan segala perangkatnya; materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Sementara itu,  hasil pembelajaran ditentukan pula segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, dan berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan hal­-hal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas sebelum sampai kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas tentang konsep dasar, prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi:; pengertian manajemen kelas; tujuan, dan masalah manajemn kelas, ruang lingkup manajemen kelas. Pemahaman akan konsep dasar manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui.

B.     Tujuan Pembelajaran

Setelah Anda memelajari materi pembelajaran pada kegiatan pertama ini, Anda dapat menjelaskan konsep dasar pengertian manajemen; pengertian kelas; pengertian manajemen kelas; tujuan manajemen kelas; dan ruang lingkup manajemen kelas.

C.    Uraian Materi Pembelajaran   

1.        Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
 Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen menurut  Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. 
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,  manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah  suatu kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan kondisi yang optimal  bagi terjadinya proses belajar  di dalamnya mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas, yang dikerjakan  mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.
2. Pengertian Kelas
Pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.  Nawawi  memandang kelas dari dua sudut,  (a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
          Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan  menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
          Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi  siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi  intelektual dan omosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan  rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang

3.      Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen kelas dari beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988), mendefenisikan manajemen kelas sebagai ompleks of teaching behavior of teacher efficient instruction” yang mengandung pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat belajar dengan baik. Eferstson dan Emmer mendeskripsikan manajemen sebagai  “those teacher behavior that  produceshigh levels of student infolfoment classroom activities and minimize student behaviors that interfiris with  dan pencapaianthe teachers or other students work and efficient use of instructional time (1998). Houston at al (1988), menegaskan bahwa “ Without effective mamanagement the learning process student for interfering with instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa manajemen yang efektif proses belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan menegur murid-muridnya yang menggagu proses belajar mengajar.
Johson dan Bany, (1970) menguraikan bahwa manajemen kelas adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. Sementara Adnan Sulaeman (2009) mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik. Ahmad Sulaiman, (1995) mendefinisikan manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Arikunto, (2006) mendefinisikan  manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.  Muliyasa (2006) mendefinisikan manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu  (Disarikan dari Wiford A. Weber, 1986) manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter), yang terdiri atas perangkat-perangkat, yakni (1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (2) Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif). (3) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/ resep yang telah di sajikan (pendekatan buku masak). (4) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional). (5) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan pengubahan tingkah laku). (6) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosioemosional). (7) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan    memertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial) Arikunto, (2004).
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1.      Pengelolaan  kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2.      Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3.      Pengelolaan  kelas  yang berdasarkan  prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4.      Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan  guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5.      Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
 4. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan  pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas adalah penyediaan pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
 Suharsimi Arikunto,(2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen   kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya Arikuno menguraikan  rincian  tujuan Manajemen Kelas, sebagaimana berikut ini.
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan siaoal, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.
4.    Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,ekonomi,budaya,serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).

5.        Ruang Lingkup Manajemen Kelas
a.       Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai di dalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan  atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
b.      Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien, UUSPN (2003 ).
c.       Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik
d.      Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan  sebagai kiegiatan "non teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan procedural, dan kegiatan organisasional.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya ruang lingkup manajemen kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a.       Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
b.      Nonfisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, social, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam gunawan.

D.    Rangkuman
            Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak muliya.
Masalah yang sering timbul dalam aplikasi manajemen kelas disebabkan karena kelas yang kurang kohesif, perbedaan suku, jenis kelamin, adanya penyimpangan tingkah laku. Dan  yang menjadi ruang lingkup manajemen kelas adalah kegiatan akademik dan kegiatan administrasi, serta pembentukan perilaku yang bermoral bagi peserta didik.

E.     Latihan
1.            Jelaskan dengan singkat pengertian manajemen kelas menurut konsep lama dan modern.
2.            Tuliskan empat tujuan manajemen kelas di SD
3.            Jelaskan 4 macam pemicu yang menyebabkan terjadinya masalah manajemen kelas.
4.            Tuliskan ruang lingkup manajemen kelas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS