Anggota : 1.
Riska Andani Simargolang (12-012)
2. Abdul
Hakim (12-024)
3. Dika
Lestari (12-022)
4. Maulidya
Khairiyah (12-026)
5. Carla
Marsha (12-108)
Tugas : Laporan
Observasi Sekolah
Mata
kuliah : Psikologi Pendidikan
“LAPORAN
HASIL OBSERVASI”
A.
IDENTITAS SEKOLAH
1.
Nama Sekolah : MAN 2 Model
Medan
2.
Alamat Sekolah : Jalan Willem
Iskandar No. 7A Pancing
3.
Uang Sekolah : Unggulan : Rp.
285.000.00,-
Reguler
: Rp. 90.000.00,-
4.
Konsep E-learning : Offline : Projector Untuk Tiap Kelas, Power
Point,
Online
: Website Sekolah Dan Wifi
(http://man2medan.wordpress.com/)
5.
Sejak Kapan
Digunakan : Sejak Tahun 2010
6.
|
Total
siswa dalam satu ruangan : Laki – laki : 6 Orang
Perempuan : 17 orang
B. URAIAN
AKTIVITAS OBSERVASI
1.
Hari Pelaksanaan : Sabtu
2.
Waktu Pelaksanaan : 1 Juni 2013, jam: 11.05
- 12.10
3. Pembagian Tugas : 1. Riska
Andani S. (Dokumentasi, Print out angket)
2. Dika Lestari (Dokumentasi, Snack partisipan)
3. Maulidya Khairiyah (Dokumentasi, Snack
partisipan)
4. Carla Marsha (Notulen, Wawancara)
5. Abdul Hakim (Dana)
-
Pak Pandapotan
5.
Metode : Observasi,
Kuesioner dan Wawancara
C. LAPORAN HASIL
OBSERVASI
I.
PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan sedang menggonjang-ganjingkan
sistem belajar dengan menggunakan e-learning.
Dimana banyak sekali manfaat dari e-learning
itu sendiri ini secara teorinya. Namun, bukan berarti e-learning tidak memiliki dampak yang negatif, pasti ada. Semua
tergantung pihak pengajar dalam memantau para siswanya dalam penggunaan e-learning tersebut.
Seberapa efektifkah e-learning
untuk digunakan di dunia pendidikan? Seberapa siapkah pengajar dalam memantau
kegiatan anak didiknya? Seberapa banyakkah dampak negative yang dari penggunaan
e-learning? Dengan membawa
pertanyaan-pertanyaan tersebut kelompok melakukan observasi ke sekolah yang
telah menggunakan e-learning. Dan
akan dibahas lebih lanjut di dalam laporan ini.
II.
LANDASAN TEORI
Murid-murid
dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika orang tua
dan kakek mereka masih menjadi murid. Jika murid ingin siap kerja, teknologi
harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran di kelas (Earle, 2002;
Geisert & Futrell, 2000; Sharp, 2002). Ada empat unsur yang kami gunakan sebagai
landasan dari observasi sekolah mengenai e
– learning yang telah kami lakukan, diantaranya adalah :
A. Teori
Belajar
Pembelajaran (learning) merupakan pengaruh yang
relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman. Terdapat dua pendekatan untuk pembelajaran yang
kami jadikan landasan pada teori belajar dalam pembahasan e-learning ini, yaitu
Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif Sosial. Behaviorisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ini terbagi menjadi dua, yaitu
: Pengkondisian Klasik (Classical
Conditioning) dan Pengkondisian Operan (Operant
Conditioning). Pengkondisian klasik dan operan menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning). Pengkondisian
klasik itu sendiri merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus
netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan
untuk mengeluarkan respons yang serupa, sedangkan pengkondisian operan
merupakan bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diulangi. Hukum efek
(law effect) Thorndike menyatakan
bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa
perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Sedangkan pengkondisian
operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme
Skinner (1938).
Teori Kognitif Sosial (social
cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial
mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Proses
pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan
pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga disebut
imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain.
B. Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan
prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan
cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula, terdapat 4
perspektif, yaitu : Behavioral, humanistis, kognitif dan sosial.
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif sendidri adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi prilaku
murid, pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah
minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarhakan perhatian pada perilaku
yang tepat dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat ( emmer, dkk ;
2000).
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan abraham maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran muridlah yang akan
memandu motivasi mereka sendiri. Perspektif ini juga menekankan arti penting
dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan
(Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001)
Perspektif sosial menekankan kepada kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan kepada orang lain secara aman,
kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
waktu bersama teman, kawan dekat, ketertarikan mereka dengan orang tua, dan
keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Bentuk motivasi ada dua yaitu :
Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi ssuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri),
sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
Carol Dweck dan rekannya
(Dweck, 2002., Henderson dan Dweck, 1990., Dweck dan Leggett, 1988) telah
menemukan bahwa anak menunjukkan dua respon yang berbeda terhadap tantangan
atau situasi yang sulit, yaitu : orientasi untuk menguasai (mastery orientation), orientasi tak
berdaya (helpless orientation). Anak
dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan
mereka, punya sikap positif dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang
meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan anak dengan orientasi tak berdaya
berfokus pada ketidakmampuan pada personal mereka, seringkali mereka
mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap
negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).
Teori Mc.Celland mengenai
hal-hal yang memotivasi seseorang, yaitu : Kebutuhan akan prestasi (Need for
Achievement = n.Ach), Kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation = n.Aff),
dan Kebutuhan akan kekuatan (Need fo Power = n.Pow).
C. Orientasi
Belajar
Orientasi belajar yang Kami
bahas pada observasi e-learning ini
adalah Pendekatan Teacher Centered Learninga (TCL), dan Pendekatan Student
Centered Learning (SCL). Banyak strategi TCL merefleksikan instruksi langsung.
Instruksi langsung (direct instruction)
itu sendiri merupakan pendekatan TCL yang terstruktur yang dicirikan oleh
arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid,
meksimalkan waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha
oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid (Joyce & Weil,
1996). Tujuan penting dari instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu
belajar murid (Stevenson, 2000). Menurut Hall: 2006, SCL adalah tentang
membantu siswa menemukan gaya belajarnya sendiri, memahami motivasi dan
menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Hal tersbeut
akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka.
Lea, Stephenson, dan Troy (2003
dalam O’Neill & McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu
bahwa SCL mencakup : ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap
belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggung jawab di pihak siswa,
meningkatnya perasaan otonomi pada pembelajaran, saling ketergantungan antara
guru dan siswa. SCL lebih merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru. Pembelajaran berbasis problem
adalah pendekatan learned-centered.
Dalam pembelejaran berbasis problem , perencanaan dan instruksinya sangat
berbeda dengan pendekatan TCL. Pembelajaran berbasis problem menekankan pada
pemecahan masalah/problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan
emmberi problem rill/nyata kepada murid, yakni problem yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997).
D. Manajemen
Kelas
Manajemen kelas merupakan
bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui
perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik,
pemberian materi pelajaran yang lebih baik dan interaksi guru-siswa yang lebih
baik.
Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu
untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada
tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Terdapat empat prinsip dasar
dalam penataan kelas (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003) : kepadatan di tempat lalu-lalang dikurangi,
pengajar dapat dengan mudah melihat seluruh murid, materi pengajaran dan
perlengkapan murid harus mudah diakses, murid dapat dengan mudah melihat semua
presentasi kelas.
Terdapat pula gaya penataan
kelas standar yang paling mendukung aktivitas tertentu (seluruh kelas, kelompok
kecil, tugas individual, dan lain-lain), yaitu : gaya auditorium (semua murid
menghadap guru), gaya tatap muka (murid saling menghadap), gaya off-set
(sejumlah murid biasanya tiga atau empat duduk di bangku tapi tidak berhadapan
langsung satu sama lain), gaya seminar (10 atau lebih murid duduk disusun
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U), gaya klaster (4-8 murid
bekerja dalam kelompok kecil).
Santrcok (2004) menjelaskan
strategi umum dalam gaya manajemen kelas, yaitu : gaya manajeman kelas
otoritatif, gaya manajeman kelas otoritarian, gaya manajeman kelas yang
permisif. gaya manajeman kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971,
1996). Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap
perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan
regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Gaya manajeman kelas
otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah
menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter
sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan
dengan mereka. Muridnya pun cenderung pasif, tidak mau membuat insiatif
aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Sedangkan gaya manajeman kelas
permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan
untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
Tidak heran murid di kelas permisif cenderung memiliki keahlian akademik yang
tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
III.
OBJEK OBSERVASI
Adapun
objek observasi bersentuhan dengan topik pembahasan : Teori Belajar, Motivasi,
Orientasi Belajar, dan Manajemen Kelas.
A.
Teori Belajar
Pada
topik teori belajar yang kami tekankan, yaitu : teori behaviorisme dan teori
kognitif sosial.
B.
Motivasi
Pada
topik motivasi kami menekankan pada perspektif dari motivasi, yaitu :
perspektif behavioral, perspektif humanistis, perspektif kogniti, dan
perspektif sosial. Selain itu, juga bentuk dari motivasi itu sendiri, yakni
apakah murid tersebut memiliki motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik. Dan
Kami melihat kepada orientasi motivasi, apakah dari hasil observasi murid
memiliki orientasi untuk menguasai atau orientasi untuk tidak berdaya.
C.
Orientasi Belajar
Pada
topik orientasi belajar ini terdapat dua pembagian, yaitu apakah sistem
pengajaran di kelas mempergunakan sistem TCL atau SCL. Dengan membandingkan
karakteristik dari TCL maupun SCL yang lebih dominan dan lebih sering dipergunakan
dalam kelas tersebut.
D.
Manajamen Kelas
Pada topik manajemen kelas Kami fokus pada desain kelas, fisik
kelas, dan gaya manajemen kelas. Dimana pada desain kelas kami melihat pada
prinsip penataan kelasnya dan gaya penataan bangku seluruh siswa. Prinsip
penataan kelas ini terdiri atas : kepadatan tempat lalu lalang, pengajar mudah
melihat seluruh siswa, materi pengajaran dan perlengkapan mudah diakses, dan
murid mudah melihat seluruh presentasi. Sedangkan pada gaya pentaan kelas
(struktur bangku siswa), kami melihat apakah pada kelas tersebut lebih mengarah
ke gaya penataan yang bagaimana. Apakah itu auditorium, tatap muka, off-set,
seminar, atau klaster. Dan pada bagian gaya manajemen kelas, kami menilai
apakah kelas tersebut menggunakan gaya manajemen otoritatif, otoritarian, atau
permisif.
IV.
JADWAL PELAKSANAAN
Sabtu,
1 Juni 2013 pukul 11.05 WIB
V.
PELAKSANAAN
Jam
|
Kegiatan yang
Dilakukan
|
10.30 – 11.00
|
Stand by dan melakukan sosialisasi dengan guru
|
11.05 – 12.10
|
Observasi dengan metode non – partisipan
|
12.10 – 12.20
|
Pembagian dan pengisian kuesioner
|
12.15 – 12.20
|
Wawancara
|
VI.
LAPORAN PENELITIAN
Sekolah sudah menerapkan e–learning secara online maupun off-line. Namun
penerapan sistem e-learning tersebut
belum secara total diaplikasikan pada setiap mata pelajaran di MAN 2 Model
Medan. Jaringan wifi sekolah juga kurang mencukupi kebutuhan siswa-siswi, karena
jaringannya yang lambat. Oleh sebab itu, pengaplikasian e-learning online pun tidak begitu terlaksana dengan efektif dan
efesien. Namun demikian, e-learning
sistem off-line di setiap kelas sudah
terlaksana pada beberapa mata pelajaran dan cukup efektif pada proses
pembelajaran. Begitu juga dengan diskusi kecil dan tugas individual. Akan
tetapi Sekolah masih belum memfasilitasi bahan ajar / materi pelajaran secara
online, walaupun sekolah sudah memiliki website sendiri.
Berikut
hasil laporan observasi kelompok kami dan hasil kuesioner dengan partisipan
seluruh siswa/siswi unggulan X-2 :
-
Dilihat dari aspek
motivasinya, para siswa sangat antusias mendengarkan guru menjelaskan materi.
Hal ini juga terlihat dari hasil kuesioner, di mana representasi motivasi siswa
tergolong tinggi. Namun motivasi yang tergolong tinggi pada kelas tersebut
adalah motivasi ekstrinsik. Dan dari hasil observasi kami juga dapati bahwa
kelas lebih mengarah pada motivasi dengan perspektif behavioral dan humanistis.
-
Dari aspek orientasi
belajar, Sekolah menerapkan sistem SCL dan TCL. Dari hasil kuesioner kami
dapati bahwa siswa lebih berorientasi pada sistem SCL, namun dalam fakta
observasi dan wawancara ternyata kami temukan bahwa sistem SCL tidak terlaksana
secara menyeluruh pada setiap mata pelajaran. Karena pada beberapa guru masih
mempergunakan sistem pengajaran TCL. Di samping itu, bahan ajar juga tidak
disediakan sekolah secara online
walaupun sebenarnya sekolah sudah memiliki website pribadi. Namun, memang pada
sebagian guru yang menerapkan sistem SCL ini memperbolehkan kepada siswa untuk
mencari informasi terkait pembahasan mata pelajaran tertentu dari berbagai
macam informasi secara online (dari
internet) maupun offline
(koran,majalah,artikel).
-
Dari aspek manajemen
kelas, Sekolah sudah memfasilitasi perangkat dan kondisi kelas yang nyaman dan
efektif dalam proses belajar. Kelas terlihat bersih, di bagian belakang kelas
terdapat deretan locker penyimpanan
barang-barang para anak didik, dan di sudut kiri depan kelas terdapat lemari
hias. Kelas yang sangat nyaman untuk belajar. Dari keterangan Pak Pandapotan,
kelompok memperoleh informasi bahwa setiap kelas di MAN 2 Model Medan telah
dipasang projector dan layarnya
secara permanen. Selain itu, pada setiap kelas menerapkan gaya penataan kelas
auditorium yakni seluruh siswa duduk menghadap pengajar/guru. Gaya manajemen
kelas menerapkan gaya otaritatif, di mana terjalin kerja sama antara murid dan
guru (give and take).
-
Dilihat dari aspek
teori belajar, kami dapati dari hasil kuesioner bahwa kelas lebih menerapkan
teori belajar kognitif sosial di mana hal ini mengidentifikasikan bahwa
faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku memainkan peran penting
dalam proses pembelajaran di kelas.
VII.
EVALUASI
Sekolah harusnya lebih konsisten dan menyeluruh dalam
penerapan sistem e-learning ini.
Karena walaupun sudah hampir seluruh mata pelajaran menggunakan e–learning offline, namun kurang menekankan pada e-learning online-nya. Walaupun dilengkapinya website sekolah namun
bahan ajar tidak di-upload ke
website. Selain itu banyak pelajaran yang membutuhkan pengaplikasian dalam
bidang visual namun tidak difasilitasi oleh guru yang mengajar dengan
penggunaan power point.
D.
Rangkuman Hasil
Observasi
Penggunaan konsep e-learning
di MAN 2 Model Medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini memudahkan siswa untuk
memahami mata pelajaran yang menitikberatkan pada aplikasi pemahaman audio
visual seperti bahasa inggris, kimia, biologi dan lain sebagainya. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan
power point melalui sebuah projector yang telah disediakan di masing –
masing kelas. Motivasi siwa kelas unggulan X-2 MAN
2 Model Medan tergolong tinggi, dikarenakan siswa memberi perhatian pada
kelas dan sangat tertib akan tetapi motivasi ekstrinsik mereka yang lebih
menonjol. Selain itu, motivasi siswa di kelas lebih mengarah pada perspektif
behavioral dan humanistis. Orientasi belajar sekolah menggunakan model SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning), dimana siswa
juga berperan dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, namun
pada sebagian mata pelajaran lainnya guru masih ada yang menerapkan orientasi
belajar TCL. Manajemen kelas sangat baik dan efektif, gaya penataan ruangan
yang digunakan yaitu gaya auditorium dan gaya manajmen kelas menggunakan gaya
otoritatif. Teori belajar yang digunakan berupa teori kognitif sosial.
E.
Testimoni
A.
kelompok
Siswa sangat antusias dalam mendengarkan dan memerhatikan
guru, kelas cukup nyaman dan bersih dengan penataan kelas di desain standar
tipe auditorium. Orientasi belajar di sekolah ini juga sudah hampir SCL
walaupun tidak keseluruhan diaplikasikan pada setiap mata pelajaran dan masih
terdapat beberapa guru yang menerapkan sistem TCL. Kebanyakan dari siswanya
mengatakan bahwa hambatan yang paling menyiksa itu jika listrik padam.
Selebihnya e-learning sangat membantu
proses belajar siswa. Dari observasi ke sekolah Kami selaku kelompok belajar
banyak pengalaman dari hal tersebut. Dimulai dari pembagian tugas per orang,
ada yang
B.
Pribadi
· Riska Andani Simargolang (12-012)
Observasi ini adalah observasi yang pertama
kali saya lakukan semenjak menjalani study di Fakultas Psikologi USU, rasanya
deg;deg kan tapi ini benar-benar memberi pengalaman yang sangat berharga buat
saya, dimana saya bisa berinteraksi secara langsung dengan siswa(i) yang
bersekolah di MAN 2 MODEL MEDAN, saya sangat senang berkesempatan untuk
mengobservasi sekolah tersebut. Testimoni saya untuk MAN 2 MODEL MEDAN adalah,
sebaiknya konsep e-learning dan sistem SCL lebih diperhatikan dan di terapkan
dalam proses pembelajaran.
· Dika Lestari (12-022)
Pada observasi sekolah yang pertama sekali untuk saya, hal ini
memberikan pengalaman yang berharga. Karena dari teori yang sudah saya pelajari
pada mata kuliah psikologi pendidikan, maka di sinilah saya benar-benar bisa
mengaplikasikan dan mengetahui dengan jelas contoh real dari teori yang ada.
Testimoni saya untuk Man 2 Model Medan, hendaknya fasilitas e-learning dan sistem SCL lebih
diaplikasikan secara berkesinambungan dan merata pada seluruh kelas di Man 2.
Berhubung pada saat observasi Kami berkesempatan mengobservasi kelas unggulan
jadi jelas terlihat bahwa fasilitas yang disediakan sekolah sangat memadai dan
efektif. Dengan kapasitas murid kelas unggulan yang tidak lebih dari 25. Dan
untuk kelas reguler kapasitasnya tidak lebih dari 35 dan projector pun sudah
ada di setiap kelas.
· Abdul Hakim Lubis (12-024)
Menurut saya, sistem e-learning nya sudah cukup bagus dan juga
sistem pengajarannya. Hanya perlu dimaksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga
harus melihat bagaimana cara para siswanya belajar agar siswa lebih mudah dan
baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
· Maulidya Khairiyah (12-026)
Dari hasil pengamatan saya pribadi e-learning yang difasilitasi oleh sekolah untuk para anak didiknya
baik yang offline maupun online telah banyak membantu proses
belajar mengajar yang terjadi di MAN 2 Model Medan. Dari pengamatan tersebut
dan dari pengakuan para anak didik pula saya dapat menyimpulkan bahwa e-learning di MAN 2 Model Medan tersebut
telah berjalan cukup efektif.
· Carla Marsha (12-108)
Menurut saya siswa disekolah sangat antusias dengan e – learning ini. Selain itu sekolah
juga memfasilitasii dengan baik. Siswa diberikan individual table, individual
locker dan lain – lain sehingga turut membantu murid untuk menyimpan gadget
yang akan mereka gunakan saat menjalankan e
– learning.
Selain itu, observasi ini sangat berguna untuk mengasah
daya analisa kita terhadap suatu fenomena real dengan berpedoman pada teori
yang sudah ada. Sehingga menurut saya sangat berguna.
0 komentar:
Posting Komentar