KELOMPOK 2
Byuti Ridha
Andini 121301001
Khirzun
Nufus 121301031
Abdul Hakim 121301024
Dewi Suci
Armadani 121301053
RANCANGAN
PEMBELAJARAN
1.
LATAR
BELAKANG
a. Komunitas
-
Jumlah
anak : 15-20 orang
-
Latar
belakang pendidikan : TK-B
NAMIRA
b. Kebutuhan Anak :
Menurut Sujiono, anak-anak usia 4-6
tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti, sehingga banyak hal yang
layak untuk diberikan pada usia tersebut.
Kemampuan
Motorik :
·
Mampu berlari, meloncat, memanjat, dan
keseimbangan untuk menguatkan kemampuan motorik kasar yang telah berkembang
dengan baik.
·
Peningkatan kemampuan kontrol atau jari
tangan seperti mengambil benda-benda kecil, memotong garis dengan gunting,
memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik kecil
Kemampuan
perseptual kognitif :
·
Menunjukkan minat dalam rasa dan
perbedaan aktivitas sensori motor (warna, ukuran atau bentuk, suara, rasa bau,
berat)
·
Menunjukkan peningkatan minat dalam
angka-angka sedrhana dan kegiatan kebahasaan (menyebutkan nama huruf / suara,
menjiplak huruf , melakukan kegiatan-kegiatan dengan buku).
·
Melakukan kegiatan yang lebih bertujuan
dan mampu merencanakan suatu kegiatan secara aktif
·
Turut serta dalam pertunjukan seni yang
membutuhkan aksi panggung
·
Menunjukkan minat terhadap alam,
pengetahuan, binatang, waktu, dan bagaimana benda bekerja
Kemampuan
bahasa dan sosial
·
Menunjukkan peningkatan minat dan
permainan berpura-pura didalam kelompok
·
Menunjukkan minat menulis dan membaca
kata-kata atau kalimat
·
Menunjukkan minat yang tinggi dalam
bermain peran (menciptakan kembali pekerjaan orang dewasa, menggunakan kostum
dan alat-alat pentas)
·
Mulai berbagi dan bergiliran-konsep
belajar bermain secara adil dan sportif
c.
Waktu
-
Jumlah
Pertemuan : 2 kali dalam seminggu
yaitu hari kamis dan sabtu
-
Waktu
setiap pertemuan : 1 jam
d. Setting Tempat
-
Lokasi :
In door
-
Fasilitas
yang digunakan :
ü
Ruangan
kelas
ü
Laptop
ü
Meja
dan kursi
ü
Alat
perekam
-
Lay
out ruang : Yang sudah
disediakan
2.
KONSEP
RANCANGAN PEMBELAJARAN
a.
Pertemuan I
·
Tema :
Hewan
·
Tujuan Pembelajaran
TIU : Mengenal hewan-hewan dengan metode yang
menyenangkan
TIK : Dapat menggunting kertas sesuai bentuk yang
ada dalam gambar, mengetahui nama hewan dan mampu menirukan suara beserta gerakannya
dan menyanyikan sebuah lagu sambil menirukan bunyi hewan
Pembagian
Sekuen Pembelajaran :
a) Perkenalan (10 menit) Kegiatan diawali dengan salam
pembuka dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan perkenalan dari kelompok dan
pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang anak
b) Inti
(45 menit)
Alokasi waktu
|
Tujuan
|
Metode
Pembelajaran
|
Langkah Kegiatan
Pembelajaran
|
Alat/Sumber
Belajar
|
Penilaian Perkembangan
Anak
|
Selama 15 menit
|
Menggunting gambar dan menulis
|
Pemberian tugas
|
Pertama-tama instruktur membagi kertas yang
berisi gambar salah satu hewan. Lalu anak diarahkan untuk mengunting gambar
mengikuti garis putus yang ada pada gambar hingga membentuk satu gambar
hewan. Kemudian anak diarahkan untuk menulis mengikuti titik-titik yang telah
dibuat di tengah-tengah gambar hingga membentuk nama hewan tersebut.
|
Kertas bergambar hewan, gunting, dan pensil
|
Penugasan dan observasi
|
Selama 15 menit
|
Mengenal hewan
|
Menebak gambar hewan dan menirukan gerakannya
sambil menirukan suaranya
|
Gambar yang sudah digunting oleh murid akan
dikumpulkan. Lalu instruktur menunjukkan satu persatu gambar tersebut sambil
bertanya nama hewan tersebut dan mengajak anak menirukan gerakan hewan
tersebut sambil menirukan bunyi hewan tersebut
|
Gambar kertas yang sudah dipotong siswa
|
Observasi, Penugasan
|
Selama 15 menit
|
Bernyanyi “Kandang Pak Tani”
|
Bernyanyi sesuai arahan instruktur disertai
dengan gerakan-gerakannya
|
Pertama-tama, anak diarahkan untuk berpegangan
tangan dan membentuk lingkaran. lalu nyanyian dan gerakan-gerakan pun mulai
dilakukan
|
Siswa -siswa
|
Observasi, Penugasan
|
c)
Penutup
(5 menit)
Kegiatan akan ditutup dengan ucapan
terima kasih untuk semangatnya hari ini dan memberikan pertanyaan singkat
mengenai perasaan nya selama pembelajaran bersama kelompok. Lalu kelompok
membagikan snack kepada semua anak dan mengucapkan salam penutup.
b.
Pertemuan II
·
Tema :
Aku senang bekerja sama
·
Tujuan Pembelajaran
TIU : Mampu bekerja sama dalam kelompok
TIK : Dapat bekerja sama menyusun puzzle, dan mampu menyelesaikan tugas
secara berkelompok dengan baik
Pembagian
Sekuen Pembelajaran :
a) Perkenalan (5 menit) Kegiatan diawali dengan salam
pembuka dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan
sederhana tentang kabar anak hari ini. Misalnya : “siapa yang semangat hari
ini”, “siapa yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah?” atau “Tadi ke sekolah
di antar siapa? “. Dilanjutkan dengan nyanyian”Injak bumi, angkat kaki”
bersama-sama.
b) Inti
(45 menit)
3.
Pembagian Tugas
Adapun
pembagian tugas selama kegiatan berlangsung, adalah:
Pertemuan I
a. Instruktur
kegiatan : Khirzun Nufus.
Adapun tugas dari instruktur adalah sebagai main komunikator yang akan paling banyak
berinteraksi dengan peserta didik.
b. Co-Instruktur
Kegiatan : Dewi Suci
Armadhani dan Abdul Hakim.
Adapun
tugas dari co-instruktur adalah membantu tugas instruktur dalam proses kegiatan.
c. Observer : Byuti Ridha Andini
Tugas observer adalah mengobservasi jalannya
kegiatan, salah satunya melalui metode mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal
yang perlu diobservasi adalah :
-
Instruktur
dan co instructur menjadi observee
-
Cara
pendekatan observee terhadap anak-anak
-
Tutur
kata serta body language observee pada anak
-
Apakah
observee sudah memenuhi syarat dalam menciptakan chemistry pada anak
-
Respon
anak-anak saat diajak berkenalan
-
Motivasi
anak-anak saat diajak untuk menceritakan dirinya serta keluarganya
-
Apakah
anak-anak termotivasi karna reward saja
-
Bagaimana
observee menurunkan kebosanan anak
-
Keinginan
anak saat diajak bernyanyi walaupun tanpa reward
-
Feedback
yang diberikan anak kepada observee sebagai orang yang asing bagi mereka.
-
Body
language anak
Pertemuan II
a.
Instruktur kegiatan : Byuti Ridha Andini
Adapun tugas dari instruktur adalah sebagai main komunikator yang akan paling banyak
berinteraksi dengan peserta didik,
menjelaskan permainan dan memimpin jalannya proses paedagogi.
b. Co-Instruktur
Kegiatan : Khirzun Nufus
dan Abdul Hakim.
Adapun
tugas dari co-instruktur adalah membantu tugas instruktur dalam proses kegiatan.
c. Observer : Dewi Suci Armadani
Tugas observer adalah mengobservasi jalannya
kegiatan, salah satunya melalui metode mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal
yang perlu diobservasi :
-
Bagaimana
observee mengawali perbincangan pada anak
-
Apakah
anak-anak masih mengenal kelompok
-
Apakah
kelompok memberi kesan yang baik pada anak
-
Cara
observee mengajak anak untuk mengikuti perintah mereka
-
Cara
anak melakukan tugas yang diberikan oleh observee
-
Penyampaian
serta body language anak dalam menceritakan cita-cita mereka
-
Body
language guru-guru anak TK terhadap kelompok
-
Kesan
anak terhadap datangnya kelompok sebagai orang asing
4.
Alat Bantu yang Digunakan
Alat
bantu yang akan sering
digunakan adalah alat-alat tulis yaitu pensil dan
penghapus sebagai reward untuk
beberapa kegiatan. Kertas HVS bergambar sebagai bahan dalam pembelajaran di
pertemuan pertama. Untuk pertemuan kedua menggunakan puzzle, spidol dan papan tulis sebagai alat bantu pembelajaran.
3. PROSES PEMBELAJARAN
a. Skenario yang Berpeluang Diobservasi
Pertemuan I (Kamis, 27 Maret 2014)
Kelompok tiba di TK Namira sekitar pukul 8 pagi. Saat itu para
siswa dan guru masih
mengikuti senam pagi bersama di aula sekolah. Kemudian sekitar pukul 8.10 senam berakhir, siswa kembali ke kelas masing-masing. Setiap kelas rata-rata berjumlah 15-25 orang, begitu juga dengan
kelas dimana
kelompok akan melakukan praktek paedagogi yang siswanya
berjumlah 20 orang. Namun 3 orang siswa bersama beberapa orang siswa dari kelas lain,
tidak bisa mengikuti
kegiatan kelas karena harus latihan bermain
pianika untuk tampil
di suatu acara, jadi saat itu ada 17 orang siswa yang menjadi objek praktek paedagogi kelompok.
Sebelum kelompok memulai
kegitan, kepala sekolah terlebih dahulu masuk
ke kelas dan memperkenalkan kelompok kemudian memberitahu
tujuan kedatangan kelompok,
sebelum keluar kelas
kepala sekolah mengajak
para siswa untuk bernyanyi bersama
untuk memberi
semangat siswa.
Baru kemudian
kelompok memulai
praktek paedagogi. Didalam
kelas masih ada dua
orang guru yang akan mengawasi
kegitan, dan berjaga-jaga kalau-kalau nantinya ada siswa yang sulit diatur atau
keadaan kelas tidak bisa dikendalikan kelompok.
Kelompok mengawali kegitan pagi itu dengan
perkenalan oleh anggota kelompok
satu persatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan pembukaan seperti “apa kabar adik-adik?”,
“yang tadi pagi sarapan tunjuk tangan. Tadi pagi sararapan apa?” dan “siapa
yang tadi sebelum
ke sekolah mandi
dulu? Siapa ayo yang belum
mandi? Coba dicium dulu teman disebelahnya, wangi nggak?”. Dengan pertanyaan tersebut kelompok berharap dapat menarik atensi para siswa dan membuat
siswa lebih bersemangat
dan mau ikut aktif
dalam kegiatan. Kemudian dilajutkan dengan perkenalan
satu-persatu oleh para siswa yang hadir dikelas. Siswa diminta untuk menyebutkan nama panggilan mereka. Saat itu kondisi kelas sangat
atraktif, karena para siswa yang lain ikut berteriak menyebutkan nama siswa lain saat memperkenalkan
diri.
Selanjutnya kelompok mengajak siswa untuk bernyanyi bersama. Lagu pertama adalah ‘kalau kau senang hati’. Para
siswa bernyanyi dengan semangat,
apalagi ketika kelompok
mengganti lirik ditengah lagu menjadi “kalau kau senang hati gelitik temanmu”,
ada yang tertawa kegelian bahkan ada yang berlari sampai
keujung kelas untuk menggelitik
temannya yang lain.
Kegiatan selanjutnya kelompok
mengajak siswa bermain menyebutkan panca indera sambil menunjuk panca indera yang dimaksud. Misalnya ketika instruktur menyebutkan hidung, siswa juga akan
berkata hidung sambil
menunjuk hidung. Kelas menjadi heboh ketika instruktur berkata mulut sambil menunjuk mata yang tanpa sadar diikuti oleh para
siswa, kemudian
mereka menertawakan satu sama lain.
Kelompok kemudian membagi
kelas menjadi 4 kelompok, yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Tiap kelompok masing-masing diberikan satu set puzzle yang sudah dipersiapkan, mereka diminta untuk menyusun puzzle tersebut
secepat mungkin, dan kelompok tecepat akan dijanjikan reward. Siswa sangat bermangat menyelesaikan puzzle karena gambar-gambar yang dipilih juga disesuaikan dengan
selera anak-anak. Kami
juga ikut duduk dan membantu siswa menyelesaikan puzzle, sambil
mengajak mereka ngobrol “ini gambar
apa ya?”, “gambarnya
cantik ya?”, “kamu
suka princess nggak?” atau “yang ini diletakin
dimana ya?”.
Setelah semua
kelompok menyelesaikan masing-masing puzzle mereka
diberikan reward yang sudah dijanjikan sebelumnya. Semua kelompok diberikan reward karena sudah berhasil menyusun
puzzle dengan baik.
Sebelum kegiatan hari itu berakhir, sekali lagi
kelompok
mengajak siswa bernyanyi bersama, lagu potong bebek angsa sambil menirukan gaya instruktur didepan kelas.
Sekitar pukul 9.15 kelompok
menutup kegiatan hari itu, dan berjanji
akan kembali
lagi.
Pertemuan II (Sabtu, 29 Maret 2014)
Kelompok
kembali ke kelas
yang sama
dengan kelas yang sebelumnya,
saat itu mereka
baru saja masuk kelas. Sebelum memulai
kegiatan kelompok
bertanya pada siswa apakah masih
ingat dengan mereka
“ayo nama
kakak yang ini siapa?”, ada beberapa orang siswa yang masih ingat namun ada juga beberapa siswa lain yang
terlihat ragu untuk menjawab
nama anggota kelompok, kemudian kelompok kembali memperkenalkan
diri satu-persatu. Kemudian
dilanjutkan dengan bernyanyi bersama,
siswa dan kelompok
menyanyikan lagu lihat kebunku dan
pelangi sambil
bertepuk tangan sesuai dengan tempo
lagu.
Selanjutnya para siswa diminta untuk duduk tertib di tempat duduk masing-masing. Kemudian kelompok membagikan
alat bantu yang sudah dipersiapkan berupa, gambar binatang kucing, ayam, kambing dan bebek yang sudah diprint hitam putih. Kelompok membagikan
pensil warna milik
masing-masing siswa. Mereka diminta untuk mewarnai gambar binatang tersebut dengan pensil
warna. Anggota kelompok
ikut bergabung bersama
siswa sambil
kembali mengajak mereka bercerita “kamu dapat gambar apa?” “kamu suka kucing?”. Ada beberapa anak yang mewarnai binatang tersebut sesuai dengan
warna yang sebenarnya, namun
ada pula yang tidak. Seperti ada yang mewarnai
kucing dengan warna ungu atau bebek dengan warna merah.
Setelah semua
siswa selesai mewarnai,
kelompok bertanya
“siapa yang dapat gambar
kucing ayo tunjuk tangan” dan “suara kucing gimana ya?”,
begitu seterusnya dengan ayam,
kambing dan bebek.
Para siswa bersemangat
menirukan suara binatang-binatang
tersebut. Selanjutnya kelompok
memberikan
instruksi bahwa, para siswa harus mencari
induk dari binatang yang telah mereka
warnai sebelumnya,
dimana Byuti menjadi induk kucing, Uun menjadi induk ayam, Dewi menjadi induk bebek dan Hakim menjadi induk kambing. Para siswa diminta untuk mencari masing-masing induk binatang sambil menirukan suara binatang tersebut.
Selanjutnya, masih
berbentuk kelompok
para siswa diajak benyanyi bersama
lagu ‘aku anak sehat’ dan ‘kuda
kecil’
sambil memperagakan
lagu tersebut. Kemudian
siswa diminta
kembali ketempat duduk masing-masing.
Selanjutnya kelompok meminta
siswa yang berani untuk tampil
didepan kelas menyanyikan
sebuah lagu, yang dipilih siswa yang duduknya paling rapi, yang berani tampil akan diberikan reward berupa penggaris. Ada 5 siswa yang terpilih untuk maju ke depan kelas dan membawakan
lagu bebas. Setelah kelima
siswa tersebut tampil,
kelompok
bertanya “yang lain juga mau
hadiah nggak?”
semua siswa
serentak menjawab
“mauuu…”. “yang mau hadiah ayo coba buat barisan” siswa
kemudian bergegas membuat
barisan yang rapi. Kelompok
membagikan
bingkisan berupa makanan
ringan yang dibungkus dalam
plastik, layaknya bingkisan yang dibagikan pada perayaan ulang tahun.
Sebelum
mengakhiri kegiatan, kelompok bertanya kepada para siswa bagaimana perasaan mereka, “adik-adik gimana
perasaannya? Seneng nggak?”. Kemudian kelompok mohon undur diri dari kelas tidak lupa
berterimakasih
kepada siswa karena sudah aktif mengikuti
kegiatan yang ada.
b.
Objek
Observasi
Pertemuan
I (Kamis, 27 Maret 2014)
·
Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan Co-Instruktur
Eye
contact sangat bermanfaat untuk menyampaikan informasi,
menunjukkan perhatian dan minat, mengundang dan mengontrol interaksi, mendominasi,
mengancam, dan mempengaruhi orang lain, memberikan umpan balik selama pembicaraan
dan mengungkapkan sikap
Dari
kontak mata yang observer lihat, observee sangat antusias dilihat dari besarnya
pupil mata observee saat memandang anak-anak. Namun, masih ada
keraguan-keraguan yang tersimpan seolah-olah tidak percaya bahwa saat itu mereka
sedang berinteraksi langsung dengan anak-anak. Tetapi dari yang observer lihat
bahwa observee mencoba untuk mengontrol interaksi kepada anak-anak, seperti
yang kita ketahui perhatian untuk anak-anak yang berumur 5 tahun sangat mudah
terpecahkan sehingga tatapan observer pun harus benar-benar terjaga untuk
melihat semua anak-anak di dalam ruangan.
Kontak mata dari Anak-anak
Dari kontak mata nya, anak-anak
terlihat sangat antusias dengan kelompok. Dimana saat para instruktur berbicara
kepada seluruh siswa di kelas, siswa
memperhatikan instruktur yang sedang berbicara kepada mereka. Selain itu ketika instruktur berusaha
memberikan kontak mata langsung kepada
satu per satu siswa, siswa juga memandang kearah instruktur, walaupun kontak
mata yang terjadi tidak berlangsung lama karena perhatian anak cepat sekali
beralih. Artinya terjadi kontak mata yang baik antara siswa dan instruktur,
karena anak membalas kontak mata dari instruktur.
·
Body
language
Instruktur dan
Co-Instruktur
Body language yang
ditampilkan para observee diantaranya adalah terlalu banyak melakukan gerakan
yang tidak bertujuan yang dapat diartikan bahwa mereka sangat gugup. Ini
dikarenakan praktek paedagogi merupakan hal yang sangat baru. Body language
yang lain adalah berbicara sambil menutup mulut yang dapat diartikan bahwa para
instruktur takut salah apa yang ia katakan pada anak-anak. Kemudian melakukan
pendekatan kepada anak-anak namun secara ragu-ragu dan seperti ‘ingin tapi
tidak ingin’, ini menandakan bahwa para instruktur kurang mampu menguasai
kegugupannya. Padahal anak-anak sangat aktif untuk diajak berinteraksi bahkan
ada ank yang ketika tidak diajak berinteraksi, dia malah berdiri maju kedepan
untuk berinteraksi dan para instruktur melakukan gerakan menunduk untuk
mendengarkan anak tersebut yang menandakan instruktur perduli dan welcome terhadap anak yang aktif tadi.
Namun, ada satu waktu dimana ada anak perempuan yang bernama Aliza menangis,
disitu kami semua sebagai tamu diam termasuk para instruktur nya karna kami
sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi pada anak tersebut sehingga datang lah
guru mereka dan mendiamkan anak yang menangis tadi. Dari raut muka yang
observer lihat, para instruktur sangat kebingungan bahkan saya sendiri bukan
malah mendiamkan Aliza tetapi malah bertanya kepada uun “anak itu kenapa
nangis?”, dan kami semua terdiam seketika.
Anak-anak
Beberapa siswa menunjukkan bahasa tubuh dan
gerak-gerik yang positif terhadap proses pembelajaran yang di sajikan kelompok.
Dimana anak terlihat aktif dan bersemangat mengikuti instruksi dari kelompok.
Walaupun awalnya tidak semua anak ikut aktif, namun dominannya anak yang aktif
dalam proses pembelajaran membuat anak yang kurang aktif lama-kelamaan
menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang positif juga. Kami semua juga berusaha mendorong anak-anak yang kurang
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan berbicara
secara langsung dengan posisi tubuh yang sama dengan anak, sehingga anak merasa
lebih dekat dan lebih terbuka pada kelompok serta mau mengungkapkan apa yang
sedang dirasakannya. Ini dapat
dilihat ketika para instruktur menugaskan mereka untuk menyusun puzzle. Puzzle tersebut dibagi kedalam 4 kelompok yang masing-masing 5-6
orang anak. Ketika instruktur membawa puzzle tersebut anak-anak semua melihat
kearah instruktur bahkan ada beberapa anak yang mendekati instruktur tersebut.
Saya sebagai observer berada dalam satu kelompok dimana kelompok tersebut
dihuni oleh para gadis cantik dan satu pangeran. Disitu saya memberikan puzzle yang bergambarkan princess yang merupakan gambar
kebanggaan para gadis-gadis jelita. Walaupun ada satu pangeran disitu, namun
pangeran tersebut tidak protes atau mencoba untuk bergabungg dengan teman
kelompok lain yang mendapatkan gambar binatang tetapi dia malah bersemangat
menyiapkan puzzle tersebut. Di dalam
kelompok tersebut ada yang social loafing,
gadis cantik mirip orang Arab yang bernama Aissya, dia malah sibuk mengajak
ngobrol dengan saya padahal saya mencoba untuk mengalihkan perhatiannya pada puzzle tersebut. Tetapi walaupun ada
satu orang yang social loafing, mereka tetap yang juara satu yang menyiapkan puzzle berkat anggota lain yang solid
dan kompak. Hehehe
·
Pilihan
Kata & Kalimat
Instruktur dan
Co-Instruktur
Instruktur
dan teman-teman kelompok lain sangat memilih kata-kata apa yang akan di
ucapkan. Mengingat konsep kata”jangan” yang di bahas pada pembelajaran PAUD
sangat tidak baik di ucapkan kepada anak-anak usia dini. Seperti saat salah
satu anak yang bernama Faik mengejek salah satu teman perempuannya yang bernama
Aisyah hingga membuat Aisyah menangis . Ketika menasihati Faik kami lebih
memilih menggunakan kalimat “mengejek itu gak baik Faik, Allah gak suka sama
anak yang suka ngejek temannya” daripada menggunakan kalimat “jangan ngejek-
ngejek gitu lah Faik”. Karena anak pada usia dini akan lebih mengingat kalimat
setelah kata jangan tersebut, yaitu kata “ngejek”. Nantinya anak akan
mengulangi perbuatan mengejek tersebut.
Pemilihan kata dan
kalimat para instruktur tampak kurang banyak dan mengatakannya kepada anak-anak
pun secara ragu-ragu bahkan ketika saya diminta untuk menjadi instruktur, saya
bingung dan tidak tahu apa yang akan saya katakan didepan anak-anak yang dari
raut wajahnya itu seperti mengatakan “kita mau main apa lagi kak?”. Akhirnya
kami meminta bantuan kepada guru untuk mengatakan maksud kami sehingga
anak-anak mudah untuk mengerti.
Anak-anak
Anak-anak yang saya
observasi sangatlah sering mengulang kata-kata. Seperti pada saat itu mereka
diminta untuk mengulang nama-nama kami semua. Ketika saya menunjuk uun mereka
semua menjawab “ kak uuuunnn”, begitu juga dengan dewi dan hakim dan ketika
giliran saya, mereka semua terlihat sedang mikir dan ada satu orang yang
bernama Faik langsung mengatakan “ kak Yuniii”. Kami semua tertawa dibuat si
Faik, yang saya dengar dari guru bahwa ialah entertainer kelas TK-B Strawberry.
·
Respon
Audience
Ketika instruktur menggunakan kalimat “mengejek itu
gak baik Faik, Allah gak suka sama anak yang suka ngejek temannya”, Faik
menunjukkan respon yang sesuai dengan maksud dari kalimat yang digunakan yaitu
Faik berhenti mengejek Aisyah dan meminta maaf kepada Aisyah. Lalu ketika
instruktur memberikan instruksi kepada siswa, siswa mampu memahami instruksi
yang diberikan. Selain itu siswa juga terlihat sangat aktif mengikuti proses
pembelajaran ketika instruktur memberikan reward
kepada siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Dalam hal ini reward yang diberikan berhasil
memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Pertemuan
II (Sabtu,
29 Maret 2014)
·
Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan Co-Instruktur
Kontak mata yang
digunakan dihari kedua ini sudah berubah dari formal gaze ke informal gaze atau
malah ke eprsonal gaze, dimana para instruktur sudah melihat anak-anak tidak
hanya mukanya saja namun sudah ke seluruh badan ana-anak. Di hari kedua ini
para instruktur juga sudah terlihat tidak gugup lagi dilihat dari eye contact
yang diberikan sudah mencakup ke seluruh bagian ruangan. Mereka sudah lebih
yakin bahwa anak-anak welcome terhadap mereka dan mudah untuk diajak
berinteraksi.
Kontak mata dari Anak-anak
Seperti hari
pertama, kontak mata mereka tetap sama dan seantusias hari pertama. Apalagi
mereka tahu bahwa kami semua menyenangkan dan membawa reward yang banyak buat
mereka serta permainan-permainan yang membebaskan mereka dari belajar formal
seperti hari biasa. Mereka juga melebarkan pupil mata mereka yang mengartikan
bahwa mereka tertarik pada kami semua.
Pada hari kedua, kontak mata yang terjadi lebih baik
dari hari pertama. Dimana anak yang tadinya tidak berani melakukan kontak mata
dengan waktu yang lama kepada kelompok, pada hari kedua sudah mulai berani
melakukan kontak mata yang lebih lama. Mungkin dipengaruhi oleh perasaan sudah
mengetahui dan mengenal kelompok. Anak-anak juga masih terlihat antusias dengan
kelompok seperti di hari pertama.
·
Body
language
Instruktur dan
Co-Instruktur
Body language yang
ditampilkan dihari kedau ini sudah tidak melakukan gerakan yang berlebihan
lagi. Para instruktur melakukan gerakan hanya ketika mereka berinterasksi
dengan anak-anak dan posture mereka berdiri sudah meyakinkan bahwa anak-anak
tersebut baik sehingga tidak ada ketakutan sama sekali didalam hati para
instruktur.
Anak-anak
Beberapa siswa yang awalnya seperti enggan untuk
ikut aktif dalam kegiatan, pada hari kedua sudah mulai menunjukkan bahasa tubuh
dan gerak-gerik yang menunjukkan ketertarikan lebih pada kegiatan yang
diberikan. Hal ini menunjukkan usaha kelompok untuk mendorong anak-anak yang
kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan
berbicara secara langsung untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya membuahkan
hasil yang baik.
·
Pilihan
Kata & Kalimat
Instruktur dan
Co-Instruktur
Sama seperti hari pertama, pada hari kedua
instruktur dan teman-teman kelompok lain tetap memilah kata-kata apa yang akan
di ucapkan. Kami juga banyak menggunakan kalimat-kalimat yang mengandung
motivasi. Seperti, ketika salah satu anak memohon co-instruktur untuk
membantunya mencat gambar pada kertas yang disediakan kelompok, karena saat itu
semua temannya sudah selesai mencat dan dia ingin cepat siap. Namun
co-instruktur menolak permohonan itu dengan menggunakan kalimat yang memotivasi
anak,”kamu harus ngerjain itu sendiri ya, kalo kakak yang ngerjain nanti
hadiahnya untuk kakak loh”. Dengan
kalimat seperti itu, dia tidak merasa di abaikan dan berusaha lebih giat.
Anak-anak
Kata-kata yang
diucapkan anak-anak pada hari kedua sama seperti hari pertama, hanya saja
mereka lebih manja dan akrab terhadap para instruktur.
·
Respon
Audience
Semua anak terlihat lebih responsif dengan semua
instruksi kelompok di hari kedua. Siswa juga tetap terlihat aktif mengikuti
proses pembelajaran ketika instruktur memberikan reward kepada siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Reward masih berfungsi memotivasi siswa
untuk lebih aktif dan bersemangat dalam kegiatan. Selain itu, diakhir
pembelajaran pada hari kedua, kelompok menanyakan perasaan semua anak dengan
kegiatan yang dilakukan selama dua hari kepada kelompok. Dengan semangat mereka
mengungkapkan rasa senangnya dengan kehadiran kelompok dan berterima kasih
karena telah memberikan hadiah-hadiah kepada mereka semua.
4. Evaluasi
Dari hasil
pertemuan I dan II, kegiatan tersebut akan dievaluasi berdasarkan teori :
Paedagogi Modern
Berdasarkan hasil
diskusi kami, kami melakukan pendekatan paedagogi Modern, dimana paedagogi modern
dicirikan oleh 4 hal yaitu :
Pengajaran
Yaitu teknik dan
metode kerja guru dalam mentransformasikan konten, pengetahuan, merangsang,
mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berhasil.
Dari penjelasan diatas,
kami melakukan pengajran dengan menggunakan teknik reward dan bernyanyi bersama
untuk mentransformasikan ilmu dan merangsang bakat-bakat yang ada didalam tubuh
anak. Kami juga membuat permainan puzzle yang sangat berguna untuk merangsang
sistem logika anak serta memfasilitasi anak dengan puzzle yang telah kami
persiapkan dan gambar-gambar hewan yang telah kami print sehingga ank tinggal
mengerjakannya.
Belajar
Yaitu proses siswa
mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan.
Proses ini lah yang
dilakukan Faik, salah satu murid kami yang langsung berinisiatif berdiri maju
kedepan kelas untuk mengungkapkan perasaan dan apa juga mencoba untuk memberi
masukan apa yang akan kita lakukan hari ini. Serta ia juga yang berinisiatif
memanggil nama Byuti dengan kak Yuni padahal teman-temannya semua pada diam dan
mencoba mengingat nama Byuti.
Hubungan mengajar
dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat
paedagogi.
Kejadian ini dilakukan
oleh Aissyah dimana ia mencoba untuk melakukan khayalan-khayalan tentang gambar
princess yang kami berikan. Disitu ia bercerita tentang rumah princess ataupun
teman-teman princess bahkan ia juga bercerita bahwa ia memiliki princess di
rumahnya.
Hubungan belajar
mengajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia.
Untuk tahapan usia
5 tahun, para guru lah yang meberi intruksi kepada anak-anak, caranya dengan
membunyikan kerincingan bulat ketika mereka semua masing-masing tidak memperhatikan
dan malah asik sendiri. Dengan alat bantu alat musik itu, anak-anak akan
merubah atensi mereka semua ke arah sumber bunyi.
Perspektif Danilov
Yang mendefinisikan
istilah pedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi
antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh
siswa berkaitan dengan antusiasmw mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam
proses kerja yang intensif dan aktif.
Ini sangat jelas
seperti yang kami lakukan dimana anak-anak sangat antusias terhadap pengetahuan
dan kecerian serta pengembangan untuk diri mereka ketika kami melakukan games
puzzle yang sangat membantu pengembangan otak kiri mereka dan ketika kami
menyuruh mereka untuk bernyanyi kedepan walaupun mereka sendiri bingung untuk
menyanyikan lagu apa sehingga harus dibantu untuk menentukan judulnya. Ini
sangat membantu untuk pengembangan kepercayaan diri mereka serta untuk
pengetahuan ilmiah kami membuat permainan induk ayam, bebek, kucing dan kambing
yang ketika kami menyuruh mereka untuk memeragakan suara kucing mereka pun
“meow...meow..meow”, dan begitu seterusnya yang membentuk pengetahuan ilmiah
mereka.
Ini juga berkaitan
dengan yang dirumuskan oleh badan nasional Standar profesional Pengajaran di
Amerika Serikat (h. 4) dimana tidak hanya memfasilitasi melainkan juga
memotivasi, menagkap hati dan pikiran mereka serta melibatkan mereka aktif
dalam pembelajaran.
Kami memotivasi
anak-anak dengan reward yang kami berikan. Tetapi kekurang dari reard adalah
ketika salah satu anak sudah maju kedepan untuk bernyanyi dan mendapatkan
sebuah penggaris maka ia tidak ingin lagi memperhatikan temannya melainkan asik
sendiri dengan penggaris nya yang bisa ia main-mainkan.
Ini berhubungan
jugateori yang dikembangkan oleh B.F Skinner tentang proses pembelajaran
Stimulus-Respon, dimana respon akan terjadi penguatan ketika stimulus yang
diberikan menyenangkan bagi anak dan mengeliminasi respon yang menyenangkan
ketika stimulus tersebut tidak baik untuknya.
Elemen-elemen
penting dalam mengajar
Yaitu meliputi
tujuan, bahan ajar, interaksi guru-siswa dengan perekat kemampuan pengelolaan
kelas dan evaluasi dengan hasil belajar.
Kami semua memiliki
tujuan, bahan ajar dan interaksi serta evaluasi kami dapatkan dari anak-anak
yang ketika kami tanya” apakah mereka senang akan kehadiran kami?” mereka semua
dengan serentak menjawa “senaaaang”. Dan ketika kami telah keluar tetapi masih
dilingkungan sekolah, salah satu anak menghampiri kami dan masih berinteraksi
dengan memamerkan makanan yang ia bawa untuk hari ini padahal kami semua
tidakada yang bertanya mengenai hal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar